Ngeri-Ngeri Sedap Ala Bamsoet

Redaksi
Selasa, 03 Oktober 2017 | 12:37 WIB
Bambang Soesatyo dengan bukunya yang berjudul
Bambang Soesatyo dengan bukunya yang berjudul

Jakarta, sinpo.id - Bambang Soesatyo yang kita ketahui sebagai Ketua Komisi III DPR RI, menerbitkan buku yang berjudul “Negeri-Ngeri Sedap”. Buku ini berisikan kumpulan artikelnya yang tersebar di berbagai media, memberikan gambaran akan sosok yang tak segan mengkritisi dan sesuai memberi pujian. 

Ada 105 artikel yang pernah dimuat oleh Bamsoet panggilan akrabnya, di berbagai media sejak tahun 2014. Semuannya dituliskan dalam bahasa yang lugas dan mengalir. 

Bamsoet membagi artikelnya ke dalam lima bagian, yang pertama “Memahami Kepemimpinan Jokowi”, kedua “Membasmi Korupsi”, ketiga “Menegakkan Hukum”,  keempat “Mengancam Demokrasi”, kelima “Mewaspadai Pemburu Rente Kekuasaan”. 

Kelima bagian tersebut terasa sangat aktual dan menunjukkan posisi Bamsoet yang cukup konsisten. 

Dalam buku ini, bisa dilihat bagaimana konsentrasi Bamsoet yang sejak awal keanggotaannya di DPR ada di Komisi III, mampu melewati sekat-sekat batas bidang yang tercakup di komisi tersebut, yaitu terkait soal hukum. Buku tersebut juga menunjukkan posisi penulisnya yang selalu berusaha untuk selaras melihat masalah politik di hadapannya. 

Di bagian pertama, yaitu ”Memahami Kepemimpinan Jokowi”, beliau mencoba membedah mengenai figur Jokowi dan pola kepemimpinannya. Boleh dikatakan, Jokowi adalah Presiden Indonesia yang cukup sulit untuk ditebak pandangannya. Ketika banyak sekali pihak yang mengatakan kepemimpinan Jokowi secara politik lemah, namun Jokowi dan kabinetnya mampu membuat mayoritas Partai Politik merapat ke Istana. 

Bahkan, Koalisi Merah Putih (KMP) hanya bertahan sebentar dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menjadi tidak relevan dengan bubarnya KMP. Di bab tersebut, Bamsoet langsung memulainya dengan artikel “Menyoal Konsistensi Jokowi” yang diterbitkannya pada tanggal 26 September 2014, bahkan sebelum Jokowi-JK dilantik. 

Di sana dia mengingatkan agar Jokowi menunjukkan konsistensi pemenuhan janjinya dan mencerminkannya dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Di bagian kedua dan ketiga, Bamsoet mengangkat tema yang berhubungan langsung dengan posisinya sebagai pimpinan Komisi III DPR RI. Politisi Golkar ini memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kinerja KPK. 

Tak ketinggalan, masalah korupsi Bank Century yang tak kunjung usai ikut disinggungnya. Beberapa judul artikelnya seperti “Century dan Memori Publik” serta “Rakyat Menunggu Penyelesaian Kasus Century-BLBI” yang menunjukkan sikap bahwa kasus ini tak boleh dibiarkan saja. 

Bagian keempat yang berjudul “Mengancam Demokrasi” menunjukkan posisi Bamsoet sebagai kader Golkar. Sangat banyak tulisannya untuk mengkritik sikap yang diambil Pemerintah dalam kisruh kepemimpinan Golkar pada akhir tahun 2014 hingga awal tahun 2015. 

Beberapa judul artikelnya, secara tegas menunjukkan kekecewaan Bamsoet terhadap sikap pemerintah yang dianggap masuk terlalu jauh dalam konflik internal Partai Golkar. Beberapa judul itu adalah “Pemerintah Tunggangi Kisruh Golkar”, “Golkar dan Kezaliman Pemerintah”, “Konspirasi Memperlemah Golkar dan PPP”, dan beberapa judul lainnya. 

Namun, tentunya demokrasi bukan hanya bicara Partai, Bamsoet juga menyoroti secara jelas bagaimana hoax bisa menjadi ancaman nyata terhadap demokrasi. Di bagian terakhir buku ini dengan judul “Mewaspadai Pemburu Rente Kekuasaan”, Bamsoet ingin mengingatkan Jokowi bahwa lingkaran utamanya tidak benar-benar bersih. 

Bila Jokowi ingin langgeng dan dicintai rakyat, harus membersihkan lingkarannya dari para pemburu rente. Bamsoet juga secara terbuka memuji langkah Presiden Jokowi yang keras memerangi kartel dan juga memuji beberapa langkah Jokowi lainnya. Membaca buku Bambang Soesatyo untuk yang pertama kali mungkin akan memberikan reaksi yang ekstrem bagi seseorang layaknya ketika seseorang menonton teater untuk yang pertama kali, anda bisa menyukainya atau anda bisa membencinya

Kenapa begitu, karena Bamsoet membawakan gaya tulisan yang mendalam dengan positioning yang sangat tegas untuk melihat suatu hal. Lalu, Bamsoet membelah masalah yang ada, dan dikritik secara tajam atau memihaknya dengan cara manis yang mungkin dalam istilahnya “ngeri-ngeri sedap”.

Pembaca yang sudut pandangnya mirip atau sama dengannya akan menemukan rasionalisasi yang kuat. Sementara, pembaca yang pandangannya berseberangan akan kesal karena sekalipun tidak setuju, sangat sulit untuk menolak susunan argumen yang ditata secara sistematis oleh Bamsoet.

Kata pengantar yang ditulis oleh Dradjad Wibowo, orang yang pernah satu gedung di Senayan bersama Bamsoet menggambarkan bagaimana kuatnya tulisan yang tersaji, tentunya pembaca harus sadar itu adalah salah satu sudut pandang yang diambil oleh penulis

”Masih banyak lagi pelajaran yang bisa kita tarik dari buku Ngeri-Ngeri Sedap ini, karena Bamsoet memberi cerita dunia nyata, tentu dari sudut pandangnya,” tulis Dradjad. Menurutnya, kita tak harus sepakat, namun bisa mengambil pelajaran berharga. 

Namun, yang terpenting dari semuanya adalah kita bisa paham bagaimana cara berpikir seorang anggota DPR dalam menyikapi perkembangan situasi. Dalam buku ini, Bamsoet banyak mengkritik mengenai konsistensi berbagai pihak, buku ini juga sekaligus bisa menjadi pengingat yang sangat kuat bagi Bamsoet sebagai anggota DPR untuk terus konsisten ada di jalan rakyat yang diwakilinya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI