Menyedihkan! Dalam 3 Bulan, 500 Ribu Penduduk Somalia Terlantar Akibat Kekeringan
SinPo.id - Sekitar 500.000 penduduk telah mengungsi akibat kekeringan parah yang melanda beberapa bagian Somalia pada tiga bulan pertama 2022 hingga Maret, kata badan pengungsi PBB.
Jaringan Pemantauan Perlindungan dan Pengembalian (Protection and Return Monitoring Network/PRMN) yang dipimpin Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UN High Commissioner for Refugees/UNHCR) mengatakan angka di atas merupakan tambahan dari 874.000 orang yang telah dilaporkan sebagai pengungsi di Somalia pada 2021, di antaranya terutama 245.000 orang terkait bencana kekeringan.
"Proyeksi yang mengkhawatirkan menunjukkan bahwa hingga 1,4 juta orang diperkirakan mengungsi dalam enam bulan ke depan," kata UNHCR dalam pembaruan tanggap kekeringan terbaru yang dirilis di Mogadishu, ibu kota Somalia, dikutip dari Xinhua News, Jumat (29/4).
Badan PBB itu telah memperingatkan bahwa keadaan darurat kekeringan Somalia telah memburuk ke titik di mana negara itu menghadapi risiko kelaparan.
Dikatakan masyarakat di seluruh negara tersebut mengalami salah satu kekeringan paling parah dalam beberapa dekade, yang mengarah ke deklarasi darurat nasional oleh Somalia pada November 2021.
“Pada akhir kuartal pertama 2022, situasi kekeringan telah memburuk dengan cepat, meningkatkan risiko kelaparan yang kredibel di kantong-kantong di seluruh Somalia dan juga menyebabkan perpindahan skala besar,” ujar UNHCR.
Badan pengungsi PBB mengatakan telah menyediakan tempat berlindung, barang-barang bantuan inti, dan uang tunai untuk 140.000 orang yang terkena dampak kekeringan di seluruh Somalia.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan bahkan sebelum kekeringan saat ini, sekitar 7,7 juta orang Somalia membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan tahun ini, naik 30 persen dari tahun lalu.
Menurut OCHA, situasi kemanusiaan di Somalia sudah parah akibat konflik puluhan tahun, guncangan iklim yang berulang, dan wabah penyakit, termasuk dampak pandemi COVID-19.
PBB, pemerintah, dan mitra kemanusiaan mengatakan bahwa mereka meningkatkan tanggapan untuk memenuhi kebutuhan kritis dan menghindari konsekuensi bencana.