Buat Adek Ketua BEM SI! Dengarin Neh Kata Bang Adian Napitupulu Soal Tragedi Kelam Era Orba

Laporan: Samsudin
Senin, 18 April 2022 | 18:53 WIB
Politisi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu/net
Politisi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu/net

SinPo.id - Pernyataan Ketua BEM SI, Kaharuddin yang menyebut masa Orde Baru lebih memberikan kebebasan dan kesejahteraan dibandingkan masa Reformasi menuai kontroversi luas. Meski Kahar meralat pernyataannya itu.

Diketahui, dari video yang beredar, Kahar mulanya membandingkan kebebasan dan kesejahteraan masa Orde Lama dan Orde Baru. Kemudian, Kahar menyebut masa Orde Baru seolah lebih baik ketimbang masa Reformasi.

"Hari ini kesejahteraan contoh misalnya di Orde Lama kita peroleh yang namanya kebebasan, tapi kesejahteraan tidak. Orde Baru kita peroleh kebebasan, kesejahteraan kita punya. Hari ini yang ingin kita tanyakan adalah apakah kita punya kesejahteraan, apakah kita peroleh kebebasan?" ucap Kahar dalam video tersebut.

Belakangan ia mengkoreksi pernyataanya.

"Koreksi dari Ketua BEM SI: Orde Baru kita dapat kesejahteraan, tapi tanpa kebebasan dan keadilan," kata Kaharuddin via akun Twitter-nya, @DinKaharud, diakses detikcom, Senin (18/4).

"Panjang napas perjuangan," ujar Kaharuddin dalam cuitan itu, ditambah emoji bunga matahari.

Ditanggapi Adian Napitupulu

Pernyataan kontroversi Kahar tersebut salah satunya disorot anggota DPR Fraksi PDIP Adian Napitupulu. Bung Adian mengaku sedih lantaran Kaharuddin menyebut masyarakat dapat memperoleh kebebasan dan kesejahteraan di era Orde Baru (Orba).

Adian yang juga aktivis 98 ini menegaskan tidak ada kebebasan di zaman Orba. Adian menilai, Ketua BEM SI memutarbalikkan fakta sejarah.

"Saya sedih ketika kebebasan berbicara yang diperjuangkan itu kemudian digunakan oleh Ketua BEM SI justru untuk memutarbalikkan fakta sejarah dengan mengatakan bahwa di era Orde Baru 'kita memperoleh kebebasan dan kesejahteraan kita punya'," kata Adian Napitupulu saat dihubungi, Senin (18/4).

Adian lantas membeberkan sejumlah tragedi masa silam. Mulai dari tragedi 1965, tragedi Tanjung Priok 1984, penembakan misterius, pembunuhan buruh Marsinah hingga pembredelan sejumlah media di Indonesia.

"Tentang kebebasan, baiknya Ketua BEM SI baca dulu berbagai peristiwa terkait tragedi 65,” kata Adian.

“Ada tragedi tanjung Priok 84, tragedi 27 Juli 1996, tragedi penembakan misterius, pembredelan media sejak 1966 hingga tahun 90-an. Perlu juga mereka melihat bagaimana AM Fatwa karena membuat buku putih Tanjung Priok kemudian divonis 18 tahun Penjara," ujarnya.

Selain tragedi-tragedi itu, ada juga Kasus Bitor Suryadi aktivis mahasiswa yang divonis penjara 4 tahun karena aksi menolak kenaikan tarif listrik Rp 50.

Ada lagi kasus April Makassar berdarah 1996 yang membuat 3 mahasiswa meninggal dunia saat aksi menolak kenaikan tarif angkutan umum.

Atau peristiwa Marsinah, seorang buruh perempuan yang meninggal dibunuh hanya karena menuntut upah naik Rp 1.500. Ada kasus 27 Juli 1996 terkait penyerbuan kantor PDI di Jalan Diponegoro 58.

“Tragedi Udin Bernas, wartawan yang dibunuh karena tulisan pemberitaannya di media, ada banyak nama ratusan yang ditangkap oleh Orde Baru, di antaranya Hariman Siregar hingga Fadjroel Rachman Rahman," kata Adian.

Selain itu, Adian meminta Ketua BEM SI membaca insiden penculikan hingga pembunuhan terhadap sejumlah mahasiswa yang tidak jelas nasibnya sampai saat ini.

Menurutnya masih banyak tragedi lain yang membuktikan tidak ada kebebasan ada saat Orde Baru.

"Ketua BEM SI baca juga bagaimana 13 mahasiswa yang diculik dan tidak jelas bagaimana nasibnya hingga hari ini. Atau bagaimana Moses Gatot Kaca dibunuh di Yogya dan 4 mahasiswa Trisakti ditembak tahun 1998. Masih ada ratusan peristiwa lainnya yang bisa dipaparkan yang membuktikan betapa di zaman Orde Baru sama sekali tidak ada kebebasan," ujar anggota Komisi VII DPR RI itu.

Lebih lanjut, Adian menekankan kebebasan yang dimiliki publik, termasuk mahasiswa dan BEM SI, merupakan perjuangan dari masyarakat dan para aktivis 98.

"Kebebasan berorganisasi, kebebasan demonstrasi, kebebasan berbicara yang saat ini dirasakan oleh ketua BEM SI termasuk bebasnya media media massa meliput aksi-aksi merupakan buah kebebasan yang diperjuangkan oleh aktivis '98," imbuhnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI