Warga AS Dilarang Ikutan Perang Ke Ukraina
SinPo.id - Mendukung boleh, tapi menjadi relawan perang dengan ikut serta secara langsung angkat senjata dianggap sebagai perbuatan terlarang, khususnya bagi warga Amerika Serikat (AS).
AS sendiri mendukung Ukraina di tengah konflik melawan Rusia. Namun, warga AS dilarang terjun langsung sebagai relawan yang ikut bergabung dengan angkatan bersenjata negara eks Uni Soviet itu untuk membantu memerangi invasi Rusia.
"Warga Ukraina telah menunjukkan keberanian mereka dan mereka menyerukan setiap sumber daya dan kekuatan yang mereka miliki untuk membela diri," ujar wakil juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, pada Rabu (2/3).
"Kami memuji keberanian mereka, namun imbauan perjalanan bagi warga kami (ke Ukraina) tetap berlaku. Warga Amerika tidak boleh bepergian ke Ukraina," sambung Jean.
Seruan itu muncul setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan seluruh warga asing di luar negeri yang ingin membantu melawan invasi Rusia diperbolehkan datang ke negaranya.
"Presiden Zelensky mengumumkan pembentukan unit baru yang dinamakan 'International Legion'. Kami telah menerima ribuan permintaan dari warga asing yang bersedia bergabung melawan penjajahan Rusia dan melindungi keamanan global dari rezim (Presiden Rusia Vladimir) Putin," kata wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar, melalui kicauan kementeriannya di Twitter pada Senin (28/2).
Dalam pernyataan yang dirilis situs kantor presiden, Zelensky mengajak setiap WNA yang merupakan "sahabat perdamaian dan demokrasi" datang ke Ukraina dan membantu memerangi agresi Rusia.
"(Invasi Rusia) merupakan awal dari perang melawan Eropa, melawan struktur, demokrasi, dan melanggar hak asasi manusia, hukum internasional, dan perdamaian," demikian dikutip dari pernyataan kepresidenan Ukraina yang dilansir dari The Guardian.
"Siapa saja yang mau bergabung dengan pasukan pertahanan Ukraina, Eropa, dan dunia, dapat datang dan bertarung bersama warga Ukraina melawan Rusia yang merupakan penjahat perang," sambung pernyataan tersebut.
Ukraina terus berada dalam tekanan menyusul gempuran militer Rusia yang semakin menggila di hari ketujuh invasi berlangsung per Rabu (2/3).
Pertempuran dan ledakan terus terjadi di sejumlah kota, di antaranya kota terbesar Ukraina seperti Kharkiv dan ibu kota Kiev.
Sejak invasi dimulai, Rusia tercatat meluncurkan 400 rudal ke Ukraina.
Invasi Rusia juga menimbulkan banyak korban. Berdasarkan data pemerintah Ukraina per hari ini korban tewas mencapai 2.000 orang. Sementara itu sekitar 560 ribu orang dilaporkan mengungsi.

