Lonjakan Kasus Covid! Nakes Jangan Sampai Colaps, Keterisian RS Masih Terkendali
SinPo.id - Indonesia tengah dihadapi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omicron. Kenaikan kasus positif Covid-19 pada bulan ini menunjukkan ancaman varian Omicron bukanlah isapan jempol belaka. Kurang lebih sekitar 300.000 perawat diterjunkan untuk menangani kasus Covid-19 di seluruh Indonesia.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa tingkat keterisian rumah sakit masih relatif terkendali. Namun disisi lain, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah sangat berharap para nakes tidak lalai dan colaps saat menjalankan tugas mereka.
Budi Gunadi Sadikin mengatakan, meski kasus Covid-19 melonjak, ia mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik. Karena, katanya, memang yang lebih penting yaitu yang masuk rumah sakit dan wafat itu jauh lebih rendah dan masih bisa terkendali.
Terkait tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR), Menkes mengatakan bahwa per tanggal 6 Februari dari 120 ribu tempat tidur yang disiapkan untuk pasien COVID-19 baru terisi sebesar 18.966 tempat tidur.
Sebanyak 15.292 pasien atau 81 persen pasien terkonfirmasi COVID-19 dan sebanyak 3.674 pasien atau 19 persen adalah suspek atau pobable COVID-19.
“Dari 15 ribu (pasien COVID-19), itu 10 ribu itu masih OTG (orang tanpa gejala) dan ringan. Jadi sebenarnya ke depannya kalau kita lebih efisien dengan cara yang OTG dan ringan itu bisa isolasi mandiri atau isolasi terpusat, sebenarnya keterisian rumah sakit kita itu masih sangat rendah, masih sangat rendah,” ujarnya.
“Rakyat yang belum divaksin, masyarakat yang belum divaksin, terutama lansia itu harus segera divaksin, dan yang belum dua kali cepat segera divaksinasi dua kali karena ini penting sekali untuk bisa melindungi mereka,” ujar Budi.
Sementara itu, Harif Fadhillah mengatakan belajar dari penanganan gelombang kedua tahun 2021 lalu, Harif menyampaikan bahwa semua fasilitas kesehatan sudah melakukan antisipasi. Belum ada koordinasi yang cukup intens perihal penyiapan penambahan tenaga medis. Khususnya di wilayah-wilayah pusat, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
"Namun, PPNI dan PPSCM telah mengidentifikasi sejumlah perawat yang dapat didayakan untuk membantu kondisi-kondisi kritis," ujarnya.
Belum adanya penambahan tenaga medis hingga kini dikarenakan kasus Covid-19 yang diterima setiap rumah sakit masih dapat diatasi secara internal dengan cara mendistribusikan tenaga-tenaga yang ada di tempat dengan beban lebih ringan.
"Di dalam rumah sakit biasa melakukan redistribusi dengan mengalokasikan kembali tenaga-tenaga yang ada untuk kita fokuskan pada mana yang akan kita tangani secara prioritas dan bebannya cukup tinggi," kata Harif.
Harif mengatakan, tenaga kesehatan harus lebih disiplin lagi dalam menerapkan protokol kesehatan dan tidak merasa aman karena sudah mendapatkan vaksin booster.
"Yang pertama untuk para nakes, untuk tidak lalai. Tetap waspada untuk menjaga kesehatan diri sendiri, di samping dengan bagaimana penerapan prokes baik di fasilitas kesehatan yang ada prosedur-prosedurnya maupun saat berada di lingkungan masyarakat," demikian Harif.

