Tak Mau Ada Capres-Cawapres Dari PBNU, Berikut Profil KH Yahya Cholil Staquf
SinPo.id - Calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan perlunya mengembalikan marwah NU dengan cita-cita peradaban yang mulia bagi seluruh umat manusia. Salah satunya dengan memperjuangkan kemaslahatan Indonesia.
"Mari istrahat dulu, mari sembuhkan dulu luka-luka dan mengutuhkan kembali (persatuan) dari polarisasi yang sudah terjadi," kata Gus Yahya dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Katib Aam PBNU itu mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin ada calon presiden atau wakil presiden dari PBNU pada Pemilu 2024 mendatang.
"Saya tidak mau ada calon presiden dan wakil presiden dari PBNU," ucapnya.
Namun demikian, ia juga tidak menampik kabar bahwa ada pihak-pihak tertentu yang berusaha memanfaatkan PBNU untuk kepentingan pribadi hingga kepentingan politik.
"Mari kita gunakan cara berpikir Gus Dur dengan mengutamakan kepentingan bangsa. Beliau tidak pernah peduli dengan kepentingan sendiri atau kelompok," katanya.
Ia ingin semua pihak dapat mengejar berbagai macam kepentingan tersebut dengan cara yang membawa maslahat atau kebaikan.
"Setiap orang punya kepentingan, tetapi bagaimana saya ajak untuk mengejar kepentingan masing-masing melalui cara untuk membawa maslahat untuk semua orang," jelas Gus Yahya.
Menurut dia, yang perlu dilakukan adalah mencari cara agar berbagai macam kepentingan itu dapat terlayani dan di sisi lain, kemuliaan yang di cita-citakan juga tercapai dan terlayani dengan baik.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya juga mengatakan bahwa salah satu alasannya maju sebagai ketua umum PBNU untuk menghidupkan kembali idealisme, visi, dan cita-cita KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Ini merupakan momentum sangat tepat untuk menghadirkan kembali (pemikiaran) Gus Dur," ungkapnya.
Profil
Yahya Cholil Staquf merupakan mantan juru bicara Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Yahya Cholil Staquf dilantik oleh Presiden Jokowi menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Istana Negara, Jakarta, Kamis 31 Mei 2018.
Yahya Staquf berasal dari Rembang, Jawa Tengah. Dia lahir pada 16 Februari 1966. Ia merupakan tokoh Nahdlatul Ulama dan saat ini menjabat sebagai Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Yahya merupakan kakak dari Menteri Agama saat ini, Yaqut Cholil Qaumas. Mereka memang lahir dan besar dari keluar santri.
Pendidikan formal Yahya di Pesantren. Ia pernah menjadi murid KH. Ali Maksum di Madrasah Al-Munawwir Krapyak di Yogyakarta. Di jenjang perguruan tinggi, ia melanjutkannya pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.
Dia kerap menjadi pembicara internasional di luar negeri. Seperti pada Juni 2018, Yahya menjadi pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel menyuarakan menyerukan konsep rahmat, sebagai solusi bagi konflik dunia, termasuk konflik yang disebabkan agama.
"Kita sampai tidak mampu lagi membedakan bagaimana konflik ini bermula dan bagaimana seharusnya konflik ini diselesaikan," ujar Yahya dalam video yang diunggah di YouTube oleh AJC Global sebagai penyelenggara acara itu, Selasa, 11 Juni 2018.
Organisasi Islam terbesar, Nahdlatul Ulama, akan menggelar Muktamar ke-34 di Lampung, pada Desember 2021. Dalam hajatan besar PBNU itu, ada dua posisi yang akan ditentukan, yaitu rais aam pada level syuriah dan ketua umum pada level tanfidziyah.