Jenderal AS: Serangan Di Kabul Tewaskan 10 Warga Sipil Tidak Melanggar Hukum

Laporan: Samsudin
Kamis, 04 November 2021 | 09:59 WIB
Serangan pesawat tak berawak AS di Kabul  Agustus lalu menewaskan 10 warga sipil Afghanistan/AFP
Serangan pesawat tak berawak AS di Kabul Agustus lalu menewaskan 10 warga sipil Afghanistan/AFP

SinPo.id - Serangan pesawat tak berawak AS di Kabul pada Agustus yang menewaskan 10 warga sipil Afghanistan dianggap sebagai sebuah insiden tragis tetapi tidak melanggar hukum apa pun.

Demikian hal itu disampaikan salah seorang Jenderal, Pentagon Rabu, (3/11) setelah melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.

Dalam serangan itu, tiga orang dewasa, termasuk seorang pria yang bekerja untuk sebuah kelompok bantuan AS, dan tujuh anak-anak tewas dalam operasi 29 Agustus, dengan target diyakini adalah sebuah rumah dan kendaraan yang diduduki oleh militan Daesh.

“Penyelidikan tidak menemukan pelanggaran hukum, termasuk Hukum Perang. Kesalahan eksekusi dikombinasikan dengan bias karena adanya gangguan komunikasi menyebabkan korban sipil yang sangat disesalkan,” kata Letjen Sami Said, inspektur jenderal Angkatan Udara AS, mengatakan dalam sebuah laporan.

"Itu adalah sebuah kesalahan," kata Said kepada wartawan di Pentagon.

"Tapi itu bukan tindakan criminal melainkan kelalaian," katanya.

Said mengatakan orang-orang yang terlibat langsung dalam serangan itu, yang terjadi selama evakuasi puluhan ribu warga Afghanistan yang dipimpin AS setelah Taliban menguasai negara itu, benar-benar percaya "bahwa mereka menargetkan serangan yang akan segera terjadi."

“Target serangan yang dimaksudkan, kendaraan, isinya dan penumpangnya, benar-benar dinilai pada saat itu sebagai ancaman yang akan segera terjadi terhadap pasukan dan misi AS di Bandara Internasional Hamid Karzai,” kata laporan itu.

Namun, katanya, interpretasi intelijen dan pengamatan mobil yang ditargetkan dan penumpangnya selama delapan jam "sangat tidak akurat," katanya.

“Yang mungkin rusak bukanlah intelijen, tetapi korelasi kecerdasan itu dengan rumah tertentu,” jelas Said.

Militer AS yakin bahwa pihaknya menargetkan gerilyawan ISIS yang merencanakan serangan terhadap operasi evakuasi, tiga hari setelah serangan bom bunuh diri di bandara yang menewaskan 13 anggota militer AS dan sejumlah warga Afghanistan.

Mobil itu diduga berisi bahan peledak seperti yang digunakan dalam serangan sebelumnya.

Setelah penyelidikan awal, Pentagon mengakui pada 17 September bahwa itu adalah "kesalahan tragis."

Pentagon mengatakan bahwa anggota keluarga yang masih hidup akan diberi kompensasi.

Said mengatakan bahwa tidak ada satu titik kegagalan atau seseorang yang harus disalahkan atas kesalahan tersebut. Dia juga mengatakan bukan tanggung jawabnya untuk memutuskan apakah seseorang harus dihukum karena kesalahan tersebut.sinpo

Komentar: