Pengamat Sebut Andika Perkasa Pantas Jadi Panglima, Sesuai Kebutuhan Presiden
SinPo.id - Penunjukan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa sebagai calon tunggal Panglima TNI untuk menggantikan Marsekal Hari Tjahjanto dinilai sudah tepat, karena dia mempresentasikan kebutuhan Presiden Joko Widodo saat ini.
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, untuk memuluskan agenda-agenda penting kenegaraan dan pemerintahan, dibutuhkan sosok panglima yang memiliki loyalitas total.
"Secara politik saya kira kebutuhan Presiden hari ini adalah sosok panglima yang memiliki loyalitas total. Dan itu saya melihatnya ada pada diri KSAD Jenderal Andika Perkasa," kata Fahmi kepada SinPo.id, dihubungi Rabu, (3/11).
Fahmi mengatakan Andika Perkasa memiliki kelebihan dengan berbagai catatan prestasi dan dukungan dari ayah mertuanya yang merupakan mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono serta sejumlah politisi dan tokoh lainnya.
Selain itu, Fahmi menilai Andika Perkasa memiliki akses serta jejaring internasional yang cukup kuat sehingga dapat membantu Presiden dalam hal yang menyangkut dinamika lingkungan strategis kawasan.
"Mungkin Presiden memandang bahwa Andika akan bisa banyak berperan dalam isu-isu yang menyangkut dinamika lingkungan strategis kawasan," tutupnya.
Rekam jejak Andika Perkasa
Andika merupakan perwira tinggi TNI AD, berpangkat jenderal (bintang empat). Sejak 22 November 2018, ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Mulyono, seorang perwira tinggi TNI AD, seniornya lulusan Akmil 83.
Di TNI AD, Andika sendiri merupakan lulusan akademi militer (Akmil) 1987. Dia seangkatan dengan Letjen TNI Muhammad Herindra yang kini menjadi Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) mendampingi Prabowo Subianto.
Sebagai perwira tinggi TNI AD, karir pria kelahiran Bandung 21 Desember 1964i tu terbilang moncer atau cemerlang. Ia menghabiskan karier di Kopassus selama 12 tahun dengan menduduki berbagai jabatan. Di Korps Baret Merah, ia terakhir menduduki posisi Danton 32 Grup 3/Sandha Kopassus pada 2002.
Selama di Kopassus, menantu dari mantan Kepala BIN AM. Hendropriyono itu pernah melaksanakan sejumlah operasi. Di antaranya Operasi Teritorial di Timor Timur pada tahun 1992, operasi bakti TNI di Aceh (1994) dan pernah bertugas dalam misi operasi khusus di Papua.
Andika juga pernah mendapat promosi sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampre) setelah Joko Widodo dilantik menjadi Presiden RI ke-7. Kala itu, promosi membuat dirinya berpangkat Mayor Jenderal alias bintang dua.
Seorang pengamat militer Made Supriatma menyebut, Andika pernah memberi catatan gemilang saat menangkap Omar Al-Faruq, terduga teroris pimpinan Al-Qaeda pada 2002. Namun begitu, keterlibatan Andika dalam penangkapan Omar juga digarisbawahi Made, lantaran pada saat bersamaan posisi Kepala BIN dijabat mertuanya, Hendropriyono.
Selain mengenyam pendidikan kemiliteran, Andika juga tercatat juga mengikuti pendidikan umum. Semua itu dijalani Andika di Amerika Serikat. Masing-masing yakni, The Military College of Vermont, Norwich University; National War College, National Defense University; dan The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, Universitas George Washington.

