Dikatai Tidak Tahu Malu, Pro Moeldoko Serang Balik Kubu AHY

Laporan: Ari Harahap
Senin, 01 November 2021 | 10:34 WIB
Jubir Demokrat KLB, Muhammad Rahmad/Ist
Jubir Demokrat KLB, Muhammad Rahmad/Ist

SinPo.id - Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinilai menggunakan tangan besi ala Hitler dalam mengelola partai dan membuat Anggaran Dasar (AD) Anggaran Rumah Tangga (ART) yang sarat oligarki, tirani dan otokrasi, sehingga komitmen kuat menjaga iklim demokrasi yang kondusif dan sehat itu hanya pepesan kosong dan hipokrit demokrasi.

Demikian pernyataan juru bicara Partai Demokrat KLB Deli Serdang, Muhammad Rahmad dalam pernyataan tertulisnya menanggapi pernyataan Demokrat kubu AHY yang menyebut loyalis Anas lebih berani dari kubu Moeldoko.

"Partai itu bukan soal berani atau tidak, tapi soal demokratisasi yang sedang diperjuangkan. Bagi kubu Moeldoko, mengembalikan kepemilikan partai demokrat kepada rakyat adalah harga mati," ujar Rahmad, Senin (1/11).

Rahmad menilai, kubu AHY sangat alergi dengan perbedaan dan menganggap partai adalah milik pribadi atau kelompok tertentu, sehingga menurutnya, apa yang disampaikan kubu AHY menanggapi lahirnya Parpol baru sangat tidak konsisten dengan yang dilakukan AHY.

"Pernyataan itu bertolak belakang dengan praktek yang dilakukan AHY, kubu AHY tidak mengerti dan tidak paham esensi demokratisasi pasca reformasi, yakni menolak oligarki, tirani, kkn, otokrasi dan totaliter," tambahnya.

Rahmad menjelaskan Partai itu bukan soal berani atau tidak, tapi soal demokratisasi yang sedang diperjuangkan. Bagi kubu Moeldoko, mengembalikan kepemilikan partai demokrat kepada rakyat adalah harga mati.

"Menghapus praktek oligarki, tirani, otokrasi dan totaliter ala Hitler di dalam Partai Demokrat adalah fardhu ain. Itulah jihad politiknya pak Moeldoko," tutup Rahmad.

Sebelumnya diketahui, juru bicara Partai Demokrat kubu AHY Herzaky Mahendra Putra menyebut loyalis Anas lebih berani ketimbang kubu Moeldoko saat mengapresiasi kelahiran Partai Kebangkitan Nusantara (PKN).

"Tentunya upaya ini patut kita apresiasi, keberanian yang bahkan melebihi keberanian seorang Kepala Staf Presiden dan pensiunan Jenderal seperti Moeldoko yang tidak tahu malu dan masih terus berupaya merampas Partai Demokrat pasca KLB ilegal yang gagal total dan tak berani serta tak memiliki kemampuan membentuk parpol baru," kata Herzaky.sinpo

Komentar: