Tren Positif Berlanjut, Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus USD 4,37 Miliar

Laporan: Samsudin
Jumat, 22 Oktober 2021 | 09:30 WIB
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi/Biro Humas Kemendag
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi/Biro Humas Kemendag

SinPo.id - Tren pemulihan ekonomi Indonesia kembali berlanjut pasca gelombang kedua pandemi Covid-19. Hal ini tergambar dari neraca perdagangan September 2021 yang kembali mencatatkan surplus USD 4,37 miliar. Surplus tersebut ditopang oleh surplus neraca nonmigas sebesar USD 5,30 miliar dan defisit neraca migas sebesar USD 0,93 miliar.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan, surplus September 2021 melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020, namun berada di bawah surplus bulan sebelumnya yang mencapai USD 4,75 miliar.

Secara kumulatif, surplus perdagangan periode Januari—September 2021 mencapai USD 25,07 miliar yang terdiri atas surplus neraca nonmigas USD 33,48 miliar dan defisit migas USD 8,40 miliar.

“Optimisme peningkatan ekspor ditunjukkan adanya peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur September 2021 yang berada pada posisi 52,2. Posisi ini kembali memasuki periode ekspansif setelah selama dua bulan sebelumnya mengalami kontraksi,” tutur Mendag.

Lebih lanjut, Mendag mengungkapkan, beberapa negara mitra dagang Indonesia penyumbang surplus perdagangan terbesar, di antaranya Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina dengan jumlah mencapai USD 2,68 miliar. Sementara Australia, Thailand, dan Ukraina menjadi negara mitra penyumbang defisit perdagangan terbesar dengan jumlah USD 0,91 miliar.

Impor Seluruh Golongan Penggunaan Barang Melemah

Sementara itu, nilai impor Indonesia pada September 2021 tercatat sebesar USD 16,23 miliar. Nilai ini turun 2,67 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM), namun naik 40,31 persen dibanding tahun sebelumnya (YoY).

Penurunan impor didorong impor migas yang turun 8,90 persen (MoM) dan nonmigas yang turun 1,80 persen (MoM). Meskipun turun dibanding Agustus 2021, penurunan tersebut masih relatif kecil dan tidak mencerminkan penurunan permintaan terhadap industri di dalam negeri.

Struktur impor Indonesia selama September 2021 masih didominasi bahan baku/penolong sebesar 74,51 persen yang turun 2,27 persen. Sedangkan pangsa impor barang modal tetap sebesar 14,47 persen dan nilainya turun 2,67 persen (MoM).

Adapun pangsa impor barang konsumsi tercatat sebesar 11,02 persen dan nilainya turun 5,28 persen (MoM). Beberapa produk impor nonmigas yang mengalami penurunan pada September 2021, antara lain gula dan kembang gula (HS 17) sebesar 33,09 persen

Ampas/sisa industri makanan (HS 23) 27,64 persen (MoM); produk tembaga (HS 74) 21,12 persen; aluminium dan produknya (HS 76) 20,86 persen; dan berbagai produk kimia (HS 38) 19,34 persen.

Sedangkan dari sisi negara mitra, penurunan terbesar berasal dari Brasil turun 30,11 persen; Arab Saudi turun (25,82 persen), India (22,39 persen), Filipina (20,44 persen), dan Hongkong (18,61 persen).

Secara kumulatif, periode Januari—September 2021 total impor Indonesia mencapai USD 139,22 miliar atau naik 34,27 persen secara tahunan (YoY). Pertumbuhan impor tersebut ditopang lonjakan impor migas sebesar 62,36 persen (YoY) dan impor nonmigas 31,07 persen (YoY).

Adapun beberapa produk impor nonmigas utama yang mengalami pertumbuhan yang signifikan pada periode tersebut, antara lain produk farmasi (HS 30) naik 220,72 persen; bijih, terak, dan abu logam (HS 26) 167,90 persen; bahan bakar mineral (HS 27) naik 93,72 persen; besi dan baja (HS 72) naik 67,96 persen; dan ampas/sisa industri makanan (HS 23) 42,91 persen.sinpo

Komentar: