Menkumham Diminta Bicara Lantang Soal Kebakaran Lapas Tangerang
SinPo.id - Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute Iskandarsyah menyatakan keprihatinannya atas peristiwa kebakaran Lapas Kelas 1 Tangerang, Provinsi Banten.
“Ini memprihatinkan dan saya berharap kasus ini dibuka sebenar-benarnya kepada publik, sehingga tidak ada asumsi-asumsi yang tidak baik di masyarakat, kasus konsleting listrik adalah pernyataan yang terlalu normatif untuk peristiwa ini,” ujar Iskandar, Rabu (8/9).
Dia menegaskan, kita sudah terlalu sering mendengar pernyataan normatif, utamanya soal over kapasitas di dalam lapa.
“Semua lapas hari ini overload, tidak ada yang pas sesuai kapasitas, dan tertinggi adalah di kasus narkoba, saya sudah keliling dan lihat lapas-lapas, karena apa? Karena negara senang memenjarakan anak bangsanya sendiri,” kata Iskandar.
Menurut dia, semua mudah diproses hukum tanpa ada upaya rekonsiliasi di setiap kasus, bahkan di kasus narkoba. Pemakai pun di jebloskan ke sel.
“Saya bukan berasumsi, silahkan kawan-kawan media cek di lapangan. Bahkan saya pernah berdiskusi dengan kawan-kawan di BNN yang menyayangkan tindakan seperti itu di lapangan, ujung-ujungnya transaksional,” terang Iskandar.
Dia pun berharap agar Presiden Joko Widodo atau Jokowi tahu soal hal tersebut, begitu pula Kaporli agar upaya program presisinya benar-benar bisa diimplementasikan dengan baik dan benar di bawah.
“Mengeluhnya para Kalapas atas over kapasitas yang adac mau tidak mau mereka tampung, ini negara harus pikirkan, jangan mudah memenjarakan anak bangsa ini. Nanti kata melindungi, mangayomi, akan menjadi sirna di mata masyarakat, lakukan mediasi-mediasi selaku mediator yang baik dalam setiap kasus, dipilah-pilah mana pengguna mana pengedar narkoba, sidang pun pakai uang negara itu,” terang Iskandar.
Menurut dia, kejadian kebakaran dalam lapas pun telah memunculkan beragam asumsi tak baik di masyarakat.
“Ada pernyataan yang menyatakan bahwa di Lapas lebih mudah menggunakan narkoba dan bukan rahasia lagi, asumsi-asumsi itu mencuat jangan-jangan pemakai shabu didalam penyebabnya,” kata Iskandar.
“Ada juga yang berasumsi ini memang dibuat, artinya dibakar dong, ini tugas polisi sebagai investigator mengungkapkan yang sebenar-benarnya,” sambung dia.
Iskandar mengatakan, 41 korban jiwa merupakan anak bangsa, belum termasuk yang luka-luka.
Dia lantas meminta agar Menkumham Yasonna Laoly berbicara lantang terkait kebakaran ini.
“Katakan lapas memang over kapasitas dan terkesan memang dipaksakan penuh,” terang dia.
Iskandar pun berharap agar aparat kepolisian melakukan investigasi sebaik-baiknya, sebenar-benarnya, dan sampaikan ke publik apa adanya.
“Konsleting listrik itu penyebab yang normatif buat saya. Ada yang harus dicatat dalam peristiwa ini, bahwa belum lupa dalam ingatan kita atas kaburnya napi narkoba yang bisa lolos begitu saja yang ujung-ujungnya bunuh diri, logika kita saja yang kita benarkan, jangan terbawa itu, kabur capek-capek, ujung-ujungnya bunuh diri, kalau mau bunuh diri logika saya didalam aja,” jelas dia.

