DPR: Pemerintah Harus Waspadai Lonjakan Kasus Covid-19 Di AS

Laporan: Vera
Selasa, 31 Agustus 2021 | 15:25 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo/dpr.go.id
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo/dpr.go.id

SinPo.id - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo  mengatakan, ledakan gila-gilaan kasus harian Covid-19 di Amerika Serikat pada sepekan terakhir merupakan peringatan keras bagi bangsa Indonesia agar tetap waspada, tidak berpuas diri, dan tetap mentaati protokol kesehatan.

“Kita tidak mau ledakan kasus Covid-19 seperti yang terjadi di Amerika Serikat terjadi di Tanah Air.  Karena itu, kita tidak boleh meniru prilaku warga Amerika yang abai terhadap protokol kesehatan karena mengira Corona sudah mau hilang,” ujar Rahmad dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (31/8).

Legislator PDI Perjuangan ini mengatakan,  bila dilihat ke belakang, kasus Covid 19 di negara Paman Sam tersebut sempat melandai. 

Pada pertengahan Juni lalu, hanya 11 ribu kasus perhari. Sementara vaksinasi Covid-19 nya juga sudah mencapai 51% jumlah penduduk. Tapi pada minggu terakhir Augustus, kasus harian naik lebih 1.000 persen.

“Kasus harian Covid di Amerika sempat landai, 11 ribu kasus perhari. Tapi, seperti kita ketahui, minggu terakhir ini,  kasus melonjak hingga lebih 1.000 persen. Artinya, dalam seminggu ini kasus yang sebelumnya 11 ribu naik jadi 160 ribu hingga 200 ribu perhari,” beber Rahmad.

Dia mengatakan, lonjakan kasus yang gila-gilaan di Amerika tersebut disebabkan anggapan bahwa Covid-19 sudah mau menghilang sehingga prilaku warga Amerika jadi keblablasan.

“Pertama warga Amerika banyak yang abai karena mengira Covid sudah mau hilang, Covid tidak ada lagi. Kedua, menyusul turunnya  kasus harian sehingga pemerintah setempat membuat  pelonggaran-pelonggaran. Misalnya, libur musim panas diijinkan, mobilitas masyarakat pun meningkat. Akibat pelonggaran itu, ya saat ini publik Amerika dihadapkan kecemasan yg luar biasa,” terang Rahmad.

Menurut dia,  jika melihat naik turun kasus  Covid-19 di Amerika Serikat, kondisinya hampir mirip dengan yang terjadi di Indonesia.

Rahmad mengatakan, kasus harian Covid-19 di Indonesia pada Juni lalu, juga sempat meningkat tajam. Rumah sakit penuh hingga banyak pasien yang harus dirawat ditenda-tenda. Oksigen dan obat-obatan pun jadi langka.

“Kasus harian Covid-19 yang tadinya sempat memuncak  di Indonesia,  sekarang trend-nya mulai menurun. Nah, adanya peningkatan  aktivitas dan mobilitas belakangan ini tidak boleh membuat kita abai’.  Kita kita harus waspada, jangan sampai pelonggaran membuat kita abai prokes. Akibatnya bisa seperti di Amerika, terjadi lonjakan kasus yang signifikan sehingga ujung-ujungnya membahayakan fasilitas kesehatan,” ucap Rahmad.

Rahmad mengimbau kepada segenap anak bangsa, seperti pemerintah pusat dan pemerintah daerah, para tokoh masyarakat hingga petugas Satgas Covid-19 di tingkat RT dan RW untuk saling mengingatkan bahwa Covid-19 masih ada.

“Kita tidak boleh melonggarkan displin dan protokol kesehatan harus tetap kencang diikat pinggang  hingga Covid-19 itu benar-benar lemah,” ucap dia.

Rahmad juga mengingatkan pemerintah pusat agar mempersiapkan infrastruktur kesehatan dengan baik agar pengalaman pahit sebelumnya, sulitnya pemperoleh obat-obatan, langkanya stok oksigen, tidak terulang lagi.

“Kita sempat mengalami kirisis fasilitas kesehatan, hal tersebut tidak boleh terjadi lagi,” tandas Rahmad. 

Dikabarkan, pandemi Covid-19 semakin dalam posisi yang mengkhawatirkan di Amerika Serikat (AS). Meski memiliki angka vaksinasi yang cenderung tinggi, negara itu tetap mengalami peningkatan infeksi yang signifikan, bahkan lebih dari 1.000 persen bila dibandingkan Juni lalu. 

Mengutip data interaktif Covid-19 milik New York Times, pada akhir Juni lalu rata-rata kasus infeksi di Negeri Paman Sam masih berada di level 11 ribuan per minggunya.

Namun saat ini rata-rata infeksi mingguan telah mencapai 141 ribu kasus perharinya. Ini merupakan kenaikan lebih dari 10 kali lipat.

Para analis kesehatan menganggap kenaikan tinggi ini terjadi akibat dari pelonggaran-pelonggaran yang berlaku pada liburan musim panas. Di mana publik seakan sudah menganggap Corona telah hilang dan mengabaikan protokol kesehatan.

 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI