PLN Krisis Batu Bara, Pemerintah Dianggap Lembek Tegakkan Aturan DMO

Laporan: Vera
Kamis, 12 Agustus 2021 | 15:15 WIB
Mulyanto/PKS.id
Mulyanto/PKS.id

SinPo.id - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mendesak Pemerintah tegas kepada perusahaan tambang batu bara yang tidak patuh pada aturan domestic market obligation (DMO) atau kewajiban pemenuhan pasar dalam negeri.

Menurut dia, saat harga batu bara di pasaran dunia tinggi maka Pemerintah harus tegas menegakkan aturan DMO supaya batu bara yang dihasilkan tidak semua diekspor ke luar negeri. 

Sebab, kata Mulyanto, jika sampai terjadi kelangkaan batu bara di dalam negeri akan berdampak pada terganggunya operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Sebelumnya diberitakan harga batu bara di perdagangan internasional mencapai rekor baru. Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat USD 156,95/ton. Sementara harga batu bara DMO dipatok hanya USD 70/ton.

"Ketimpangan harga jual batu bara di dalam dan luar negeri sangat besar. Bukan tidak mungkin pengusaha-pengusaha itu tergiur mencari untung sebesar-bedarnya dengan mencari celah agar dapat mengekspor batu bara sebanyak-banyaknya," ujar Mulyanto, Kamis (12/8).

Oleh karena itu, Wakil Ketua FPKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan itu meminta Pemerintah memperketat pengawasan dan konsisten melaksanakan aturan DMO. 

Setiap perusahaan wajib menjual 25 persen batu bara yang dihasilkan untuk keperluan pasar dalam negeri. Sementara 75 persen sisanya dibolehkan diekspor ke luar negeri. 

Mulyanto menambahkan, Pemerintah harus serius dan teliti mengawasi perusahaan batu bara. Bila diketahui ada perusahaan yang nakal harus segera diberi tindakan. 

"Sejauh ini dilaporkan ada 34 perusahaan yang diketahui melanggar ketentuan DMO. Perusahaan itu sudah dikenakan sanksi pelarangan ekspor. Tapi Pemerintah jangan berpuas diri hanya sampai batas itu. Bila perlu diberi sanksi lebih berat lagi seperti pengurangan kuota produksi atau pencabutan izin usaha," terang Mulyanto. 

Mulyanto meminta Pemerintah terus melanjutkan pemantauan ke seluruh perusahaan. Dia menduga masih ada perusahaan tambang batubara lain yang bertindak curang. 

“Sanksi tegas ini perlu diambil agar perusahaan-perusahaan nakal itu jera dan tidak mengulang tindakannya. Sebab dampak yang ditimbulkan dari kelalaiannya itu sangat fatal. Bisa membuat kehebohan baru,” ucap Mulyanto.

“Bayangkan kalau PLTU tidak beroperasi maka listrik tidak dapat diproduksi. Bila listrik tidak bisa diproduksi maka akan terjadi pemadaman massal. Padahal saat ini kita perlu suplai listrik yang cukup untuk menjalani PPKM. Rumah sakit butuh listrik untuk melayani pasien. Pabrik gas oksigen juga perlu listrik untuk menghasilkan oksigen yang dibutuhkan," tandas Mulyanto.

BERITALAINNYA