Dee Lestari Hadirkan Sosok "Calon Gubernur" Lewat Rapijali

Laporan: Tisa
Minggu, 24 Januari 2021 | 07:35 WIB
Penulis Dee Lestari menunjukkan naskah Planet Ping yang ditulisnya 27 tahun lalu dan menjadi cikal bakal lahirnya Rapijali yang akan dirilis dalam format cerbung digital di Storial (Foto: Tangkapan layar konferensi pers virtual Storial.co)
Penulis Dee Lestari menunjukkan naskah Planet Ping yang ditulisnya 27 tahun lalu dan menjadi cikal bakal lahirnya Rapijali yang akan dirilis dalam format cerbung digital di Storial (Foto: Tangkapan layar konferensi pers virtual Storial.co)

sinpo, JAKARTA - Penulis Dewi "Dee" Lestari sempat mengumumkan rencana terbit karya fiksi terbarunya pada awal Januari lalu, sebuah novel berjudul Rapijali. Kini, ia memastikan karyanya telah siap rilis.

"Karya ini memiliki sejarah yang unik. Rapijali merupakan manuskrip tertua Dee Lestari yang sudah “tertidur” selama 27 tahun," kata Dee melalui konferensi pers virtual karya terbarunya, Jumat (22/01/2021) lalu.

Ia mengungkapkan, Rapijali yang awalnya berjudul Planet Ping, ditulis ulang olehnya dengan susah payah hingga berhasil bertemu kata tamat.

Sedianya, Rapijali yang bergenre teenlit ini, bakal menemui pembacanya dalam bentuk cerita bersambung (cerbung) digital.

Dee memang tidak asing menerbitkan karyanya dalam format digital. Pada tahun 2007, personel trio RSD ini memelopori hadirnya novel digital.

Kala itu, menggandeng salah satu provider selular, Dee merilis novel bersambung Perahu Kertas yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul sama.

"Tahun 2018, saya menerbitkan format cerbung digital kembali, novel Aroma Karsa," ucapnya.

Adapun kisah Rapijali, kata dia, sejak awal ditulis memang dirangkai dalam format cerbung. Maka, menerbitkannya kembali secara bersambung di platform digital, menjadi pilihan tepat.

"Sebelum terbit dalam bentuk edisi cetak, Rapijali akan hadir terlebih dahulu sebagai cerbung digital melalui Storial.co," ujar penulis serial Supernova ini. 

Soal bocoran ceritanya, Dee menuturkan Rapijali akan berkisah tentang Ping, remaja perempuan berusia 17 tahun yang hidup damai di Pantai Batu Karas.

Ping tinggal bersama kakeknya yang merupakan seniman yang dikenal di tempat tinggal mereka, dekat tepian Sungai Cijulang. 

"Ping punya bakat musik yang istimewa. Dia merasa tidak memiliki wadah di Batu Karas. Akhirnya, dia tidak berani bercita-cita besar karena keterbatasan yang melingkupi hidupnya," jelasnya.

Hidup Ping mendadak jungkir balik ketika harus pindah ke Jakarta. Di sinilah, Dee memasukkan unsur yang belum pernah menjadi nuansa cerita dari karya-karya yang pernah ditulisnya.

Ia menghadirkan unsur politik, dengan menciptakan sosok calon Gubernur fiktif yang bakal mewarnai perjalanan hidup si karakter utama.  

"Jadi nanti ada politiknya. Ping tinggal bersama keluarga calon Gubernur. Kenapa politik? Semata-mata karena kebutuhan cerita ya," ungkap wanita berdarah Batak ini.

Dee menambahkan, unsur politik dimasukkan ke dalam jalinan kisah Rapijali agar kisah Ping yang mengangkat tema remaja ini juga bisa dinikmati oleh pembaca dewasa.

"Politik nasional ini kan, sesuatu yang besar dan jadi sorotan banyak orang. Rapijali ini jadi bukan cuma dinikmati untuk remaja, tapi juga terasa familiar buat orang dewasa," imbuhnya.

Usai pindah ke Jakarta, lanjut Dee, Ping mesti menghadapi sekolah baru, kawan-kawan baru, dan tantangan baru. 

Dari sana, Ping menyadari hidupnya ternyata tidak sesederhana yang ia duga. Ada sesuatu dari masa lalunya yang menanti untuk dikuak.

Selain itu, untuk memperkaya latar belakang tokohnya, Dee mengaku melakukan riset ke berbagai lokasi di sekitar Pangandaran, Jawa Barat.

"Pertengahan 2019, saya riset ke Pantai Batu Karas, Cijulang, Grand Canyon sampai Pantai Madasari," ungkapnya.

Dee bahkan sempat singgah ke SMA 1 Parigi, Pangandaran untuk mendalami kehidupan kekinian anak muda di daerah setempat.

"Saya mampir pas jam pulang untuk melihat-lihat kelas, aula sekolah sampai ke kantinnya," kenang penulis lulusan Universitas Parahyangan Bandung ini.

Sementara judul Rapijali dipilihnya karena dianggap lebih mewakili keseluruhan ceritanya. Rapijali merupakan nama grup musik yang di dalamnya terdapat Ping.

"Rapijali itu gabungan nama-nama personel grup musik yang ada Ping di dalamnya," cetusnya. 

Lebih lanjut, Dee memilih menerbitkan Rapijali di Storial karena bisa diakses melalui aplikasi maupun situs, serta telah diunduh aplikasinya lebih dari 100.000 kali dan memiliki setengah juta anggota. 

Ia optimistis, keberadaan produk buku digital serta pengalaman membaca daring akan semakin diterima oleh pembaca, terlebih di masa pandemi COVID-19 yang memaksa kita lebih banyak diam di rumah.

Penjualan cerbung Rapijali dibuka melalui skema pra pesan pada 8 Januari, hingga Sabtu (23/01/2021) kemarin dengan berbagai penawaran istimewa bagi 2.000 orang di Storial. 

Kisah Ping dan kawan-kawannya ini, baru bisa dinikmati oleh pembaca setiap Senin dan Kamis, mulai 25 Januari 2021.

Sedangkan untuk edisi cetak, Dee kembali bekerja sama dengan Bentang Pustaka, penerbit terkemuka asal Yogyakarta yang telah menerbitkan buku-bukunya lebih dari satu dekade. 

Edisi cetaknya, dijadwalkan baru akan terbit pada akhir Februari 2021 dan membuka penjualannya pada awal bulan depan secara daring.

Hingga kemarin malam, lewat akun Instagramnya, Storial mengumumkan 95 persen dari kuota penjualan cerbung digital telah terisi.

Meski kini pra pesan telah berakhir, bagi yang tidak sabar untuk melepas rindu dengan karya fiksi rekaan Dee Lestari, Rapijali masih bisa dibeli versi akses premium digitalnya di Storial.

Sebelum merilis Rapijali tahun ini, Dee menerbitkan buku nonfiksi yang mengangkat tema kisah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berjudul Rantai Tak Putus pada September 2020. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI