Akhir Tahun Menghitung Hari, Ini Pesan Satgas COVID-19 ke Kepala Daerah

Laporan: Tisa
Rabu, 23 Desember 2020 | 14:11 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito (Foto: Tim Komunikasi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional)
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito (Foto: Tim Komunikasi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional)

sinpo, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito menyebut perkembangan peta zonasi risiko pada pekan ini menunjukkan adanya perubahan pada zona merah (risiko tinggi) dan oranye (risiko sedang). 

Hal ini, kata dia, terlihat dari jumlah penurunan daerah yang masuk zona merah dan oranye secara mingguan. 

Namun Satgas Penanganan COVID-19 menyatakan hal ini bukan berarti penanganan harus dikendurkan.

Ia menuturkan, meski daerah di zona merah mengalami penurunan, namun mayoritas daerah masuk zona risiko sedang. 

"Ini tentunya berbahaya karena apabila sedikit saja kelengahan dalam penanganan kasus pada periode libur panjang Natal dan Tahun Baru," kata Wiku melalui keterangan pers virtual dari Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (22/12/2020).

Bila kepala daerah lengah, menurutnya sangat terbuka kemungkinan daerah pada zona risiko sedang berpindah ke zona risiko tinggi. 

Ia merinci, daerah yang masuk zona merah jumlahnya mengalami penurunan dari 64 kabupaten/kota pada Minggu sebelumnnya, menjadi 60 kabupaten/kota. 

"Pada zona oranye, juga terlihat menurun yaitu dari 380 kabupaten/kota pada pekan sebelumnya, menjadi 378 kabupaten/kota pekan ini," tuturnya.

Namun untuk daerah yang berada di zona kuning atau risiko rendah, jumlahnya sedikit meningkat dari 59 kabupaten/kota pekan sebelumnya, menjadi 64 kabupaten/kota. 

Meski demikian, pada zona hijau tidak ada kasus baru jumlahnya meningkat dari 7 menjadi 8 kabupaten/kota. 

"Pada zona hijau tidak terdampak jumlahnya masih sama dengan pekan lalu, sebanyak 4 kabupaten/kota," imbuh praktisi bidang kesehatan masyarakat yang juga akademisi.

Wiku juga menghimbau semua pihak terkait untuk melakukan upaya 3T, yakni testing, tracing dan treatment secara masif. 

Selain itu, salah satu Guru Besar Universitas Indonesia ini mengingatkan agar disiplin protokol kesehatan harus ditegakkan. 

"Sehingga risiko COVID-19 di daerah dapat dikendalikan," ucap pria bergelar profesor ini.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI