Menag: Kerusakan Alam Bakal Dirasakan Dampaknya oleh Manusia
SinPo.id - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa alam semesta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena itu, kerusakan lingkungan bukan sekadar persoalan ekologis, tetapi juga persoalan spiritual.
"Jika alam mengalami kerusakan, manusia seharusnya turut merasakan dampaknya," kata Nasaruddin dalam Seminar bertajuk "Ekoteologi: Integritas Spiritualitas, Kebijakan, dan Sains Menuju Indonesia Hijau Berkelanjutan", dikutip Minggu, 21 Desember 2025.
Menurut Nasaruddin, ekoteologi menuntut keterpaduan antara iman, ilmu, dan amal yang tidak bisa dipisahkan. Relasi tersebut sejalan dengan konsep mitos, logos, dan ethos yang ada dalam setiap agama.
"Tidak bisa dipisahkan antara mitos, logos, dan ethos. Logos itu bukan sekadar ilmu. Logos itu lebih induk, dan salah satu cabang pentingnya adalah ilmu," ujarnya.
Lebih lanjut, Menag menegaskan bahwa ekoteologi harus diwujudkan dalam bentuk nyata melalui apa yang ia sebut sebagai kurikulum cinta. Kurikulum ini mengajarkan manusia untuk mencintai seluruh ciptaan, bukan hanya sesama manusia.
Dalam konteks ini, Nasaruddin menyinggung konsep Tat Twam Asi dalam tradisi Hindu yang bermakna "aku adalah dia". Pandangan tersebut, menurutnya, sejalan dengan perspektif ekoteologi yang memandang alam sebagai bagian dari diri manusia.
"Ketika sungai dikotori, dijadikan toilet umum atau tong sampah, saya sedih, karena sungai itu aku," tuturnya.
Imam Besar Masjid Istiqlal itu juga menekankan dalam pandangan Islam, seluruh ciptaan hidup dan bertasbih kepada Allah, termasuk yang selama ini dianggap benda mati. Karenanya, menebang pohon atau merusak alam berarti memutus kehidupan banyak makhluk yang bergantung padanya.
"Begitu satu pohon ditebang, berapa ratus burung dan berapa ribu serangga yang punah. Dalam bahasa agama Islam, semuanya itu hidup dan bertasbih," katanya.
Menurut dia, jika cinta terhadap alam telah tertanam dalam hati, maka kesadaran untuk menjaga lingkungan akan tumbuh tanpa harus dipaksakan.
Ia menambahkan, tujuan dari pendekatan ini bukan menjadikan manusia sebagai makhluk tanpa salah, melainkan menumbuhkan kesadaran moral agar manusia tidak menjadi perusak.
"Kita akan menjadikan manusia jadi malaikat. Tapi itu tentu tidak mungkin. Minimal, jangan jadi iblis," tegasnya.
Tak lupa, Nasaruddin mengajak agar memandang alam semesta sebagai bagian dari diri manusia. Ketika alam terluka, manusia seharusnya turut merasakan penderitaannya.
"Mulai hari ini, kita menganggap alam semesta ini bagian dari kita. Kalau dia sakit, seharusnya kita juga sakit," tukasnya.
