Menag Ajak Generasi Muda Perdalam Agama untuk Perkuat Kerukunan Nasional

Laporan: Tim Redaksi
Jumat, 12 Desember 2025 | 02:23 WIB
Menag Nasaruddin Umar (SinPo.id/Kemenag)
Menag Nasaruddin Umar (SinPo.id/Kemenag)

SinPo.id - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya pemahaman agama yang mendalam bagi generasi muda untuk memperkuat kerukunan dan mencegah ekstremisme. Hal ini disampaikan Menag dalam wawancara bersama Good News From Indonesia (GNFI) di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis, 11 Desemeber 2025.

Menurut Menag, salah satu kekeliruan umum di masyarakat adalah menyamakan agama dengan umat beragama. Padahal, kata Menag, setiap ajaran agama bersifat mulia, sedangkan perilaku ekstrem tidak mencerminkan agama manapun.

“Jangan menyamakan agama dengan umat beragama. Semua agama memiliki ajaran yang baik. Kalau ada ekstremisme, lihat orangnya, bukan agamanya,” tegas Menag.

Ia juga menekankan pentingnya memperkuat pemahaman keberagamaan generasi muda agar tidak mudah terjebak pada generalisasi dan kesalahpahaman sosial-keagamaan. Menurutnya, tugas bersama pemerintah dan masyarakat adalah menanamkan pemahaman yang benar, mendalam, dan bijaksana.

Dialog Lintas Iman Kunci Penguatan Kerukunan

Menag Nasaruddin Umar menilai bahwa dialog antarumat beragama merupakan salah satu instrumen penting untuk memperkuat persamaan-persamaan fundamental antar agama. Dengan pemahaman agama yang semakin matang, seseorang akan lebih mudah merawat harmoni sosial.

“Semakin dalam seseorang memahami agamanya, semakin ia menjaga kerukunan,” ujarnya.

Menag juga mengutip prinsip ta‘alaw ilā kalimatin sawā’ dari Surah Ali ‘Imran Ayat 64, yaitu ajakan untuk mencari titik temu dan menghindari perselisihan yang tidak perlu.

“Rukun itu bangunan besar. Ada pondasi, dinding, hingga atap. Toleransi itu kesediaan berdamai, bukan menyamakan yang berbeda,” jelasnya.

Agama sebagai Energi Sosial dan Moral Bangsa

Di akhir wawancara, Menag mengingatkan kembali bahwa agama memiliki tiga dimensi utama yaitu mitos, logos, dan etos. Ketiganya diperlukan untuk membangun keberagamaan yang matang dan kehidupan sosial yang berkeadaban.

“Agama adalah sahabat kita 24 jam. Ia menenangkan dalam situasi genting, dan menjadi energi bagi kehidupan sosial kita,” ujarnya.

Menag menegaskan bahwa penguatan pemahaman agama yang sehat bukan hanya menjadi kebutuhan spiritual, tetapi juga syarat penting bagi kokohnya kerukunan nasional di tengah keberagaman Indonesia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI