KPU: Pemilu 2029 Lebih Kompleks, Tantangan AI dan Pemilih Muda Dominan

Laporan: Sigit Nuryadin
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:52 WIB
Anggota KPU RI August Mella (SinPo.id/Sigit Nuryadin)
Anggota KPU RI August Mella (SinPo.id/Sigit Nuryadin)

SinPo.id - Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, August Mellaz, menyatakan Pemilu 2029 akan berlangsung dalam lanskap yang jauh lebih kompleks dibandingkan pemilu sebelumnya. Dia menyoroti dua tantangan besar: dominasi pemilih muda dan meningkatnya ancaman manipulasi informasi berbasis kecerdasan buatan (AI). 

Hal itu Mellaz sampaikan kepada wartawan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa, 9 Desember 2025.

Mellaz menjelaskan komposisi pemilih pada Pemilu 2024 didominasi Gen Z dan milenial hingga 58 persen. Pada 2029, angka tersebut diperkirakan naik signifikan. 

“Proporsinya diprediksi melonjak hingga 60–70 persen. Generasi ini tidak lagi terikat pada pendekatan sosialisasi konvensional. Mereka sangat akrab dengan teknologi dan memiliki pola konsumsi informasi yang berbeda,” kata Melllaz kepada wartawan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa, 9 Desember 2025.

Dia menilai perubahan demografis ini membuat KPU, pemerintah, dan pemangku kepentingan lain harus memperbarui strategi pendidikan pemilih agar sesuai karakter generasi digital. Tanpa adaptasi tersebut, menurutnya, efektivitas sosialisasi pemilu akan menurun.

Selain itu, Mellaz juga mengingatkan bahwa penetrasi teknologi AI dapat menjadi ancaman serius bagi integritas pemilu. Dia merujuk pada kasus di sejumlah negara Eropa, termasuk Slovenia, di mana teknologi deepfake digunakan untuk mempengaruhi persepsi publik terhadap kandidat politik. Indonesia pun, kata dia, pernah mengalami serangan AI terhadap pejabat negara. 

“2025–2026 diprediksi sebagai masa puncak tantangan AI. Indonesia harus bersiap menghadapi potensi gangguan stabilitas demokrasi melalui manipulasi kecerdasan buatan,” ungkapnya. 

Menurut Mellaz, ancaman tersebut bukan hanya berkaitan dengan disinformasi, tetapi juga berpotensi memicu kegaduhan politik jika tidak diantisipasi lewat regulasi dan pengawasan terpadu. Dia menegaskan ancaman AI kini bukan lagi prediksi, tetapi realitas yang harus segera ditangani.

Di sisi lain, Mellaz mengakui KPU masih memiliki pekerjaan internal yang perlu dibenahi menjelang Pemilu dan Pilkada 2029. “KPU perlu terus memperbaiki teknokrasi, regulasi, SOP, hingga tata kelola logistik. Ini pekerjaan harian yang tidak bisa ditunda,” imbuhnya. 

Menurutnya, pengalaman Pemilu dan Pilkada 2024 harus menjadi landasan evaluasi menyeluruh agar KPU siap menghadapi tantangan teknologi, demografi, maupun teknis penyelenggaraan yang semakin kompleks.

“Ke depan, peta jalan teknokrasi pemilu harus semakin kuat. Tanpa itu, kita akan tertinggal menghadapi realitas baru demokrasi digital,” tandasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI