Trump Sebut Putin Ingin Akhiri Perang Ukraina Setelah Bertemu Utusan AS

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 04 Desember 2025 | 06:43 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin. (SinPo.id/AP)
Presiden Rusia, Vladimir Putin. (SinPo.id/AP)

SinPo.id -  Setelah pertemuan di Moskow antara utusan AS dan Presiden Rusia, Donald J. Trump menyatakan bahwa Vladimir Putin “ingin mengakhiri perang” di Ukraina. Namun, Trump juga memperingatkan bahwa hasil konkret dari pembicaraan itu belum bisa dipastikan. Reuters+2Reuters+2

Pembicaraan di Moskow

Utusan AS — Steve Witkoff, dan menantu serta penasihat Trump, Jared Kushner — pada Selasa 2 Desember 2025 bertemu Putin di Kremlin dalam rangka membahas rencana gencatan perang dan perdamaian yang diajukan Washington. 

Pemerintahan AS telah memperbarui rancangan perdamaian — versi revisi dari proposal awal — dan berharap bisa menemukan formula yang bisa diterima semua pihak. 

Trump kemudian memberi komentar setelah mendapat pengarahan dari Witkoff dan Kushner: “Mereka mengaku memiliki pertemuan yang cukup baik dengan Presiden Putin. 

Realita Diplomatic: Tak Ada Kesepakatan

Meski pihak AS menyebut pertemuan “produktif dan konstruktif,” perwakilan Kremlin menyatakan bahwa tak ada kompromi tercapai — terutama pada isu paling krusial: kontrol wilayah Ukraina yang diduduki Rusia. 

Konsultan Kremlin mengatakan bahwa beberapa usulan AS bisa “dibahas lebih lanjut,” tapi formulasi tertentu dianggap “tidak cocok” bagi Rusia. Hingga kini, struktur terakhir dari usulan damai itu tidak dapat diterima oleh Moskow. 

Analisa media internasional menyebut bahwa kesendirian Kremlin dalam penolakan itu menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian tetap tertutup — setidaknya untuk saat ini. 

Implikasi Diplomasi & Keraguan Internasional

Meski Trump menunjukkan optimisme hati-hati, banyak pihak — terutama sekutu Eropa dan Kyiv — meragukan niat nyata Rusia untuk benar-benar menyudahi konflik. Tuduhan bahwa negosiasi hanyalah taktik untuk meredam tekanan internasional muncul kuat. 

Situasi di medan perang pun tidak menunjukkan tanda-tanda mereda — serangan Rusia terus berlangsung, tekanan terhadap Ukraina tumbuh, dan harapan damai tetap rapuh.

Pakar keamanan menilai bahwa meski saluran informal ini menunjukkan fleksibilitas diplomasi AS, hasil nyata tampaknya menuntut konsesi besar — yang sulit diterima di pihak Ukraina maupun sekutu Barat.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI