Konflik PBNU Makin Memanas, Legislator Minta Masayih dan Kiai Segera Islah

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 30 November 2025 | 11:37 WIB
Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya. (SinPo.id/dok. NU Online)
Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya. (SinPo.id/dok. NU Online)

SinPo.id - Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Said Abdullah mengaku prihatin dan sedih dengan adanya konflik di jajaran PBNU, terutama konflim antara masatih dan kiai yang disertai dengan saling pecat memecat satu sama lain.

"Lebih sedih lagi, perkara konflik bermula dari pengelolaan pertambangan batubara yang diberikan oleh pemerintah kepada organisasi kemasyarakatan, salah satunya Nahdlatul Ulama (NU)," kata Said, dalam keterangan persnya, Minggu, 30 November 2025.

"Suatu perkara duniawi yang sesungguhnya kecil sekali derajatnya untuk dijadikan sumber perpecahan," imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia berharap para masayih, dan kiai di PBNU dapat kembali islah. Menurutnya, islah merupakan jalan yang perlu di utamakan. Karena dengan terpecahnya jajaran di PBNU, yang dirugikan adalah bangsa.

Terlebih, kata Said, dunia mengakui bahwa NU adalah jangkar utama kekuatan Islam Indonesia, bersama dengan Muhammadiyah untuk membangun umat, memberikan pendidikan karakter, sekaligus memberikan berbagai pelayanan ekonomi dan sosial kepada umat.

"Bila konflik ini berkepanjangan, maka energi PBNU akan tersedot untuk mengurusi konflik, padahal fokusnya harus ke pelayanan kepada para jamiyah dibawah," ungkapnya.

Namun apabila jalan pecat memecat yang ditempuh, maka akan ada perpecahan yang tidak bisa di sudahi dengan sekedar keputusan organisasi. Sehingga akan ada martabat yang direndahkan.

"Saya juga berharap, dikalangan para pendukung untuk tidak saling terus membakar hawa panas melalui berbagai forum, baik di media massa, media sosial, termasuk juga berbagai pertemuan fisik," tuturnya.

"Saya berharap untuk menahan diri. Dan menjaga semangat untuk mengupayakan persatuan. Dengan demikian medan konflik tidak semakin meluas," kata Said menambahkan.

Meski demikian, pihaknya yakin, dengan keluasan hati, dengan jalan ikhtiar dan tawakal, serta semangat pengabdian kepada umat, para ulama bisa menempuh jalan islah.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI