Nama Marsinah Diabadikan Jadi Ruang Pelayanan HAM di Kemenham

Laporan: Tim Redaksi
Selasa, 11 November 2025 | 03:35 WIB
Foto Marsinah (SinPo.id/Anam)
Foto Marsinah (SinPo.id/Anam)

SinPo.id -  Nama aktivis buruh Marsinah, yang baru saja dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, kini resmi diabadikan sebagai nama ruang pelayanan hak asasi manusia (HAM) di kantor Kementerian Hak Asasi Manusia (Kemenham).

Menteri HAM Natalius Pigai mengatakan, penyematan nama Ruang Marsinah merupakan bentuk penghormatan negara terhadap perjuangan dan keberanian Marsinah dalam membela hak-hak dasar buruh dan keadilan sosial di Indonesia.

“Marsinah adalah wajah keberanian dalam memperjuangkan martabat manusia. Penamaan ini adalah wujud penghormatan kami kepada perjuangannya yang menjadi bagian penting dari sejarah HAM Indonesia,” ujar Pigai di Jakarta, Senin 10 November 2025

Pigai menjelaskan, penamaan ini juga menjadi pengakuan atas keteguhan Marsinah dalam memperjuangkan hak atas upah layak, kebebasan berserikat, serta perlakuan manusiawi di tempat kerja — nilai-nilai yang menjadi fondasi perjuangan hak asasi manusia di Indonesia.

“Jejak perjuangan Marsinah, yang kasus kematiannya belum terselesaikan hingga kini, harus terus diingat sebagai pelajaran bagi negara untuk memperkuat perlindungan bagi pekerja dan aktivis pembela kebenaran,” tegasnya.

Ruang Marsinah berlokasi di lantai 1 Gedung K.H. Abdurrahman Wahid, kantor pusat Kemenham RI. Ruangan ini nantinya akan difungsikan sebagai pusat pelayanan publik bidang HAM bagi masyarakat dari berbagai kalangan.

Pigai berharap, nama Marsinah dapat menjadi pengingat abadi bagi jajaran Kemenham akan tugas moral untuk membela yang lemah, memberikan pelayanan tanpa diskriminasi, dan memperjuangkan keadilan bagi seluruh warga negara.

“Semangat Marsinah adalah semangat kemanusiaan. Dengan menamai ruangan ini sebagai ‘Ruang Marsinah’, kami ingin memastikan bahwa dedikasi dan pengorbanannya tidak hilang ditelan waktu,” ujar Pigai.

Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh bangsa di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11). Salah satunya adalah Marsinah — simbol perjuangan buruh perempuan Indonesia.

Marsinah dikenal sebagai buruh pabrik arloji PT Catur Putra Surya (CPS) di Sidoarjo, Jawa Timur. Pada 1993, ia memimpin aksi mogok kerja untuk menuntut kenaikan upah sesuai standar pemerintah.

Namun pada 5 Mei 1993, setelah beberapa rekan buruh ditahan di markas Kodim Sidoarjo, Marsinah pergi ke sana untuk menanyakan nasib mereka. Ia tak pernah kembali. Tiga hari kemudian, jenazahnya ditemukan di Nganjukdengan tanda-tanda penyiksaan dan kekerasan seksual.

Meski pelakunya belum pernah diadili, nama Marsinah terus hidup sebagai simbol keberanian perempuan pekerja Indonesia yang berjuang melawan ketidakadilan hingga akhir hayatnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI