Belajar dari Tiongkok, BPOM Siapkan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Berbasis AI

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 05 November 2025 | 19:29 WIB
Kepala BPOM Taruna Ikrar kunker ke  Tsinghua Changgung Hospital di Beijing. (SinPo.id/dok. Bpom)
Kepala BPOM Taruna Ikrar kunker ke Tsinghua Changgung Hospital di Beijing. (SinPo.id/dok. Bpom)

SinPo.id - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar memastikan, lembaganya sangat siap bertransformasi menuju sistem pengawasan yang lebih cerdas dan terintegrasi, seperti memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Terlebih, AI saat ini bukan hanya alat, tetapi faktor penting dalam mengoptimalkan perlindungan kesehatan masyarakat. 

"Kami melihat langsung bagaimana kecerdasan buatan mampu menghadirkan layanan kesehatan yang lebih cepat, akurat, dan terintegrasi. BPOM berkomitmen untuk mengadopsi pendekatan serupa dalam sistem pengawasan obat dan makanan di Indonesia, agar lebih responsif terhadap tantangan zaman," ujar Taruna saat melakukan kunjungan resmi ke Tsinghua Changgung Hospital di Beijing, Tiongkok, dikutip Rabu, 5 November 2025. 

Rumah sakit ini dikenal sebagai pelopor penerapan AI dalam layanan kesehatan. Karenanya, menjadi rumah sakit AI pertama di dunia yang berafiliasi dengan Tsinghua University.

Menurut Taruna, pemanfaatan AI berpotensi besar dalam mendeteksi dini efek samping obat dan makanan melalui analisis big data, mengintegrasikan sistem rekam medis dengan database pengawasan, serta meningkatkan efisiensi inspeksi dan audit fasilitas produksi. 

Teknologi ini juga membuka peluang pengembangan platform edukasi publik berbasis AI yang interaktif dan personal, serta mendukung pengujian cepat berbasis machine learning untuk mendeteksi kontaminan atau bahan berbahaya.

"Dengan menggabungkan teknologi, seni, dan pelayanan humanis, Tsinghua Changgung Hospital menjadi contoh nyata bagaimana inovasi dapat memperkuat sistem kesehatan dan pengawasan publik. BPOM menapaki jejak tersebut sebagai bagian dari komitmen untuk menjaga keamanan dan mutu produk obat dan makanan yang dikonsumsi masyarakat," ujarnya. 

Di sisi lain, lanjut Taruna, kunjungannya ini juga membuka peluang kerja sama bilateral antara BPOM dan institusi kesehatan Tiongkok, khususnya dalam pengembangan sistem e-health, pertukaran data, dan peningkatan kapasitas tim BPOM dalam menjalankan tugas. 

"Teknologi bukan sekadar alat, tetapi mitra strategis dalam melindungi kesehatan masyarakat. Kami percaya bahwa kolaborasi lintas negara seperti ini akan memperkuat kapasitas pengawasan, termasuk kualitas tim BPOM, dan membuka jalan bagi inovasi yang berdampak luas untuk kepentingan masyarakat kita," ucapnya.

Sebagai informasi, Tsinghua Changgung Hospital mengembangkan sistem "agent hospital". Di mana dokter virtual berbasis AI mampu melakukan diagnosis, konsultasi, dan rekomendasi pengobatan secara mandiri.

Teknologi ini telah diterapkan di berbagai departemen, termasuk oftalmologi, radiologi, dan pernapasan, dengan hasil yang menunjukkan peningkatan efisiensi, akurasi, dan kecepatan layanan. Pemeriksaan medis berbasis AI di rumah sakit ini mampu memproses data pasien secara real-time, mengintegrasikan rekam medis elektronik, dan memberikan analisis komprehensif yang mendukung pengambilan keputusan klinis.

Pihak manajemen Tsinghua Changgung Hospital menerangkan bahwa fasilitas ini baru saja melakukan ekspansi ke tahap II.

"Tahap selanjutnya, kami akan meningkatkan kapasitas menjadi 1.500 tempat tidur yang mampu melayani hingga 10.000 pasien rawat jalan per hari. Desain interior rumah sakit menggabungkan elemen seni dan teknologi, menciptakan suasana penyembuhan yang humanis dan modern," ujar salah satu dokter sambil menjelaskan fasilitas Biobank yang dimiliki rumah sakit tersebut kepada Kepala BPOM. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI