Pramuka Se-Jawa dan Bali Nyalakan Semangat Pancasila di Era Digital

Laporan: Tim Redaksi
Rabu, 29 Oktober 2025 | 14:23 WIB
Salam Pamcasila oleh Pramuka (Sinpo.id/Tim Media)
Salam Pamcasila oleh Pramuka (Sinpo.id/Tim Media)

SinPo.id -  Ruang aula dipenuhi semangat dan antusiasme puluhan pemuda dari perwakilan Gerakan Pramuka se-Jawa dan Bali. Mereka bukan hanya hadir sebagai peserta, tetapi sebagai bagian dari gelombang generasi muda yang belajar membumikan Pancasila di tengah arus digital yang deras.

Kegiatan “Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila di Era Digital untuk Membangun Kepemimpinan Berkarakter bagi Generasi Muda” .

Tepat di hari peringatan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2025, aula itu menjadi saksi lahirnya semangat baru bagi para pemuda yang kelak akan memimpin bangsa.

Kegiatan ini menawarkan pengalaman berbeda. Para peserta tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga membuat proyek nyata yang mempraktikkan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari hingga belajar tentang etika kepemimpinan, manajemen konflik, kepemimpinan global, hingga pemanfaatan teknologi digital dan AI dalam proyek-proyek kreatif.

Salah satu peserta, Cindy dari kuartir daerah DKI Jakarta dengan penuh antusias menceritakan pengalamannya.

“Kegiatan ini seru banget. Kami nggak cuma belajar teori, tapi juga praktik langsung membuat proyek. Kelompok saya membuat sebuah kafe yang melibatkan masyarakat sekitar sebagai barista dan petani untuk menyediakan bahan-bahan lokal. Semua dilakukan dengan prinsip Pancasila, jadi semua pihak merasa dihargai,” ujar Cindy.

Semangat yang sama dirasakan oleh Retno dari kuartir Banten, dirinya menjelaskan bahwa kegiatan ini memberikan banyak pembelajaran yang menarik dan disesuaikan dengan keadaan masa kini.

“Kami belajar banyak hal, mulai dari etika kepemimpinan Pancasila, tes MBTI tentang tipe kepemimpinan, etika kepemimpinan global, hingga etika kepemimpinan di Gerakan Pramuka. Kami bahkan belajar tentang teknologi AI untuk proyek kami. Kelompok kami membuat proyek yang memberdayakan masyarakat sekitar, misalnya sebagai barista di kafe mini dan memanfaatkan petani lokal untuk mendukung ekonomi komunitas,”ungkap Retno antusias.

Selain proyek kreatif, kegiatan ini menekankan penguatan karakter digital. Peserta diajak memahami bagaimana memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan semangat persatuan dan kerja nyata, bukan sekadar hiburan atau tren sesaat. Dalam konteks global dan era disrupsi, nilai-nilai Pancasila menjadi panduan untuk bertindak etis dan membangun jaringan yang kolaboratif.

Acara ini juga menjadi momen refleksi bagi para peserta mengenai peran mereka sebagai generasi penerus bangsa.

“Kita ini generasi muda yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Jadi Pancasila harus masuk ke dalam hati, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melanjutkan semangat ini?” ujar Cindy.

Sementara itu, I Komang Triatmaja, peserta perwakilan dari Bali, menuturkan pengalaman berkesan yang ia dapat selama mengikuti Pelatihan Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila. Baginya, kegiatan ini menghadirkan cara baru dalam memahami Pancasilat idak sekadar dihafal, tetapi dihayati melalui pengalaman nyata dan interaksi lintas daerah.

Komang merasakan bagaimana setiap sesi pelatihan dirancang untuk menggugah kesadaran bersama, mulai dari diskusi reflektif, latihan manajemen konflik, hingga praktik penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Suasana pelatihan yang hangat dan kolaboratif juga mempertemukannya dengan banyak peserta dari berbagai provinsi, membuka ruang dialog yang memperkaya cara pandang tentang kebangsaan dan keberagaman.

“Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan bermakna. Kami tidak hanya belajar tentang Pancasila, tetapi juga menghayatinya dalam praktik kehidupan sehari-hari. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak generasi muda di seluruh Indonesia,” ujar I Komang Triatmaja penuh semangat.

Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tapi ruang tumbuh bagi para calon pemimpin muda. Mereka tidak hanya belajar teori, melainkan juga menanamkan nilai-nilai seperti empati, kolaborasi, dan tanggung jawab sosial melalui simulasi dan proyek sosial. Di tengah era digital, para peserta diajak memahami bahwa teknologi bukan musuh, melainkan alat untuk menebarkan kebaikan.

Kepala BPIP, Yudian Wahyudi mengingatkan para peserta tentang makna Hari Sumpah Pemuda yang jatuh tepat di tanggal 28 Oktober.

“Sumpah Pemuda bukan hanya sejarah. Ia adalah energi moral dan spiritual yang menuntun arah bangsa hingga hari ini. Di era digital, tantangan kita berbeda, tapi semangatnya sama: menjaga persatuan, memperkuat karakter, dan menjadikan Pancasila sebagai bintang penuntun,” ujarnya dalam sambutan yang disambut tepuk tangan meriah.

Pesan itu terasa menggema di hati para peserta. Mereka menyadari bahwa menjadi pemimpin di masa depan bukan sekadar tentang popularitas di media sosial, tapi tentang bagaimana nilai-nilai Pancasila bisa hidup dalam tindakan nyata.

“Kita harus jadikan media sosial sebagai tempat menyebarkan semangat persatuan dan kebaikan,” kata seorang peserta dari Jawa Tengah saat sesi diskusi.

“Kalau kita bisa buat konten positif, itu juga bentuk pengamalan Pancasila.”

Tepuk tangan, tawa, dan pekik “Salam Pancasila!” menggema menutup malam. Di luar aula, udara Yogyakarta terasa lembut, seakan ikut menyaksikan semangat Sumpah Pemuda yang hidup kembali bukan di podium upacara, tetapi di hati para pemuda yang siap menjaga masa depan bangsa dengan karakter, keberanian, dan cinta pada Pancasila

BERITALAINNYA
BERITATERKINI