USS Gerald R. Ford Dikerahkan ke Karibia, Trump Kerahkan Kekuatan Militer Tekan Kartel Narkoba dan Venezuela
SinPo.id - Kapal induk terbaru dan tercanggih Amerika Serikat, USS Gerald R. Ford, kembali menjadi sorotan dunia setelah resmi dikerahkan ke wilayah Karibia dalam rangka operasi antinarkotika besar-besaran yang dipimpin Presiden Donald Trump.
Langkah ini menandai eskalasi baru dalam kebijakan Trump terhadap Venezuela, di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Caracas.
Sebelumnya, Pentagon mengumumkan bahwa kapal induk kelas Ford tersebut dipindahkan dari perairan Eropa menuju wilayah tanggung jawab Komando Selatan (SOUTHCOM) untuk memperkuat operasi penindakan terhadap kapal-kapal penyelundup narkoba.
“Jika (Presiden Rusia Vladimir) Putin meluncurkan rudal ke Brussels, kami akan menghapus Moskow dari peta,” kata Menteri Pertahanan Belgia Theo Francken — (CATATAN: skip this part, salah konteks; tidak dari berita Ford; revisi fokus ke Trump/Ford).
Menurut laporan Fox News Digital, sejak Agustus lalu, Angkatan Laut AS telah mengerahkan sejumlah kapal perusak rudal ke kawasan tersebut, dan hingga kini telah melancarkan lebih dari selusin serangan terhadap kapal-kapal yang diduga mengangkut narkotika.
Trump menyebut operasi ini sebagai bagian dari “perang non-internasional melawan penyelundupan narkoba”, menegaskan bahwa kapal induk Ford menjadi simbol kekuatan militer AS yang siap menghantam kartel dan menekan Venezuela.
“Kapal-kapal mereka penuh dengan narkoba. Mereka adalah sasaran yang sah,” kata Trump dalam pernyataan 14 Oktober lalu.
Kapal Induk Tercanggih Milik AS
USS Gerald R. Ford adalah kapal induk pertama dari kelas terbarunya, dilengkapi lebih dari 20 teknologi baru, termasuk sistem peluncur elektromagnetik (EMALS) yang menggantikan katapel uap konvensional.
Desainnya memungkinkan operasi udara lebih cepat dengan jumlah awak lebih sedikit, serta ruang dek penerbangan yang lebih luas untuk mempercepat mobilisasi jet tempur.
Menurut Bryan Clark, Direktur Hudson Institute’s Center for Defense Concepts and Technology, kehadiran Ford “akan sangat membantu operasi serangan terhadap fasilitas produksi dan distribusi narkoba, serta memberikan dukungan udara bagi pasukan operasi khusus di darat.”
Sementara itu, Brent Sadler dari The Heritage Foundation menilai pengiriman Ford adalah langkah strategis yang “memberi Trump lebih banyak opsi militer jika ingin meningkatkan tekanan terhadap kartel dan pemerintah Venezuela.”
“Saya memperkirakan sayap udara Ford akan sangat aktif dalam misi pengawasan dan pertahanan udara di wilayah Karibia,” ujarnya.
Ketegangan dengan Venezuela Meningkat
Setelah pengumuman pengerahan Ford, Presiden Venezuela Nicolás Maduro menuding Trump tengah “menciptakan perang abadi baru” dan menuduh Washington menggunakan dalih pemberantasan narkoba untuk mengintervensi urusan negaranya.
“Mereka berjanji tidak akan terlibat lagi dalam perang, namun kini mereka sedang menciptakan perang,” kata Maduro dalam siaran nasional.
Trump menolak tudingan tersebut dan menegaskan AS tidak mengakui Maduro sebagai kepala negara sah, melainkan sebagai pemimpin kartel narkoba internasional.
Langkah pengerahan kapal induk ini juga menuai kritik dari sejumlah anggota Kongres AS, termasuk Senator Adam Schiff dan Rand Paul, yang memperingatkan bahwa operasi militer terhadap Venezuela “berpotensi melanggar hukum internasional” tanpa persetujuan Kongres.
Namun Trump tetap bergeming, menyebut bahwa kebijakan kerasnya adalah bagian dari janji untuk “menghancurkan kartel narkoba di perbatasan Amerika dan menegakkan keamanan nasional.”
Dengan USS Gerald R. Ford kini berlayar di Karibia, dunia menatap langkah berikutnya dari Washington — apakah operasi ini akan tetap terbatas pada laut, atau berkembang menjadi konflik bersenjata yang lebih luas di Amerika Latin.
