Wiranto, Sosok Cemerlang di Militer Hingga Pimpin PBSI
sinpo, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), Wiranto resmi melepas jabatan tersebut sejak 6 November lalu.
Wiranto mengisi posisi Ketua PBSI untuk periode 2016-2020, sejak dirinya masih menjabat Menko Polhukam.
Jabatan tersebut kini secara resmi diisi oleh Agung Firman Sampurna. Di bawah kepemimpinan Wiranto, prestasi olahraga ini dapat dikatakan cemerlang.
Pada 2017, pasangan ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, berhasil mempertahankan gelar juara ajang Indonesia Open dan juga Prancis Open 2017.
Selain itu, dalam perhelatan Asian Games 2018, Indoneisa meraih kemenangan besar untuk cabang olahraga tepak bulu ini.
Melalui nomor tunggal putra, Jonathan Christie mempersembahkan medali emas kepada Indonesia di ajang olahraga terbesar se-Asia ini.
Meski telah melepas jabatan di PBSI, mantan Pangkostrad ini masih aktif di dunia politik sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Ia dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Wantimpres pada 13 Desember 2019.
Hal yang menarik untuk mengulik lebih jauh profil dari mantan Panglima TNI era pemerintahan Presiden Soeharto ini.
Dirangkum dari profilmya di situs Wantimpres, Minggu (8/11/2020), Wiranto diketahui lahir di Yogyakarta pada tanggal 4 April 1947.
Anak keenam dari sembilan bersaudara ini merupakan putra dari pasangan suami istri RS Wirowijoto dan Suwarsih.
Ia memulai pendidikan militernya di Sekolah Staf dan Komando TNI AD pada tahun 1984.
Pria berdarah Jawa ini menyelesaikan pendidikan milternya di Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang pada tahun 1968.
Wiranto mempersunting Ruaiya Usman sebagai istrinya. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai tiga orang anak yaitu Amalia Santi, Ika Mayasari, dan Zainal Nur Rizky.
Namun, di tahun 2013 sang putra, Zainal meninggal dunia ketika sedang menuntut ilmu di Afrika Selatan karena sakit.
Pria yang sempat aktif sebagai politikus Golkar ini pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto di tahun 1987-1991.
Setelah menjadi ajudan presiden, karier militer Wiranto semakin menanjak ketika ditunjuk sebagai Kepala Staf Kodam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad dan KASAD.
Selepas KASAD, ia dipercaya menjadi Panglima ABRI oleh Presiden Soeharto hingga berakhirnya Orde Lama.
Di era pemerintahan Presiden BJ Habibie, Wiranto diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan Kabinet Reformasi sejak tahun 1998 sampai 1999.
Selanjutnya, saat era Presiden Abdurrahman Wahid, namanya kembali mengisi kursi kabinet. sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.
Di tahun 2004, ia mencoba peruntungan dengan maju sebagai calon presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahudin Wahid.
Namun, dirinya dikalahkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) yang kemudian menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia.
Peraih gelar doktor bidang Manajemen Sumber Daya Manusia di Universitas Negeri Jakarta pada 2012 ini, mendirikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada tahun 2006.
Di tahun yang sama, ia kembali maju dalam Pemilu 2009 sebagai calon wakil presiden dari Jusuf Kalla. Akan tetapi, dirinya kembali harus menerima kekalahan.
Wiranto kemudian fokus untuk membesarkan partai politik besutannya untuk kembali mempersiapkan diri bertarung di Pilpres.
Pada tahun 2013, mantan petinggi militer ini kembali mendeklarasikan diri sebagai calon presiden berpasangan dengan pemilik MNC Grup, Harry Tanoe Soedibjo.
Akan tetapi, keduanya gagal maju dan harus berpisah karena suara yang diraih oleh Partai Hanura tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan presiden.
Wiranto lalu merapat ke kubu Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) yang melawan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014.
Ia lalu dipercaya untuk menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) menggantikan Luhut Binsar Pandjaitan yang digeser ke posisi Menko Bidang Kemaritiman.
Wiranto resmi menjabat Menko Polhukam usai perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi di tahun 2018.
Di penghujung masa jabatannya sebagai menteri di Kabinet Kerja, peristiwa tak mengenakkan terjadi pada pria berusia 73 tahun ini.
Saat melakukan kunjungan kerja ke Pandeglang, Banten, orang tak dikenal tiba-tiba menusuknya di tengah kerumunan warga.
Akibatnya, ia menderita dua luka tusuk pada perut. Belakangan, diketahui pelaku penusukan bernama Syahrial Alamsyah alias Abu Rara.
Pelaku penusukan Wiranto divonis 12 tahun penjara oleh hakim di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat pada 25 Juni lalu.
Berikut ini daftar pendidikan, perjalanan karier hingga penghargaan yang diterima oleh Wiranto:
PENDIDIKAN
- SMA Negeri 4 Surakarta (1964)
- Akademi Militer Nasional (1968)
- Universitas Terbuka, Jurusan Administrasi
- Negara (1995)
- Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer (1996)
- STIE IPWIJA, Magister Manajemen (2011)
- Universitas Negeri Jakarta, Doktor bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (2014)
RIWAYAT KARIER
- SMA Negeri 4 Surakarta (1964)
- Akademi Militer Nasional (1968)
- Universitas Terbuka, Jurusan Administrasi
- Negara (1995)
- Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer (1996)
- STIE IPWIJA, Magister Manajemen (2011)
- Universitas Negeri Jakarta, Doktor bidang
- Manajemen Sumber Daya Manusia (2014)
- Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (2019 s.d. sekarang)
- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (2016 s.d. 2019)
- Ketua Umum Partai Hanura (2006–2016)
- Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Indonesia (1999 s.d. 2000)
- Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia (1998 s.d. 1999)
- Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (1998 s.d. 1999)
- Kepala Staf TNI Angkatan Darat (1997 s.d. 1998)
- Pangkostrad (1996 s.d. 1997)
PENGHARGAAN
- Bintang Yudha Dharma Utama
- Bintang Veterab Timtim
- Bintang Kartika Paksi Pratama
- Bintang Kartika Paksi Eka Naraya
- Bintang Yudha Dharma Pratama
- Bintang Yudha Naraya
- Bintang Dharma
- Surya Lencana Penegak G.30.S/PKI
- Satya Lencana Operasi Seroja
- Satya Lencana Dwidya Sistha
- Satya Lencana Prajurit Setia 24 Tahun
- Medali Wira Karya
- Wira Karya Kencana
- Bintang Pingat Jasa Cemerlang oleh Pemerintah Singapura (saat menjabat KSAD)
- Penghargaan dari Perintah Spanyol, Austria, Belanda, dan Malaysia
- Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang dari Pemerintah Brunei Darussalam (saat menjabat Pangab/Menhankam)
- Gelar Tan Sri dari Pemerintah Singapura
- Gelar Kanjeng Pangeran (KP) dari Keraton Kasunanan Surakarta (2003)

