Keluarga Korban Hilang di Gaza Berkumpul Menanti Identifikasi Jenazah yang Dibebaskan Israel

Laporan: Galuh Ratnatika
Rabu, 22 Oktober 2025 | 10:44 WIB
Ilustrasi. (SinPo.id/Jurnalis Gaza, Mohammad Rabah)
Ilustrasi. (SinPo.id/Jurnalis Gaza, Mohammad Rabah)

SinPo.id - Puluhan warga Palestina yang anggota keluarganya hilang di Jalur Gaza berkumpul di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Gaza selatan, menanti hasil identifikasi jenazah yang diserahkan oleh otoritas Israel melalui Komite Palang Merah Internasional.

Salah satu dari warga Palestina Asmaa Abu Assi, ibu dari Nour Abu Tayba yang hilang tahun lalu, menanti dengan penuh kesedihan dan harapan untuk menemukan putranya yang menurut informasi telah ditangkap dan ditahan pasukan Israel.

"Putra saya meninggalkan sekolah tempat kami mengungsi di Khan Younis pada 12 Januari 2024, setelah tentara Israel mengepung kami. Ia pindah ke sekolah lain di dekat Rumah Sakit Nasser. Pada 12 Februari 2024, warga terpaksa mengungsi dan melewati pos pemeriksaan Israel," kata Assi, dalam laporan yang diterima SinPo.id dari Jurnalis Gaza, Mohammad Rabah, Rabu, 22 Oktober 2025.

"Orang-orang yang saya kenal memberi tahu saya bahwa putra saya ditangkap di salah satu pos pemeriksaan tersebut. Beberapa tahanan yang dibebaskan juga mengatakan kepada saya bahwa mereka melihatnya selama penahanannya.

"Kami menghubungi Palang Merah untuk mendapatkan informasi apa pun tentang putra saya, dan kami juga menghubungi organisasi-organisasi yang peduli dengan para tahanan, tetapi semuanya memberi tahu kami bahwa tidak ada informasi yang tersedia.

"Saya memohon kepada dunia untuk meyakinkan saya tentang putra saya. Dia adalah anak tunggal saya. Saya ingin tahu apakah dia masih hidup, dan jika ya, di penjara mana dia ditahan. Saya ingin ketenangan pikiran. Saya berdoa kepada Tuhan agar dia selamat dan saya dapat segera bertemu dengannya," imbuhnya.

Kemudian seorang ibu lainnya bernama Khadija Radi, mengatakan dirinya juga kehilangan putranya, Ubaida, di dekat rumah sakit Turki di daerah Al-Mughraqa di Gaza tengah, dan saudara laki-lakinya di daerah Al-Zaytoun.

"Putra saya meninggalkan rumah pada 7 Oktober dan kembali pada akhir bulan. Dia tinggal di rumah selama tiga hari sebelum pergi lagi. Saya kehilangan kontak dengannya pada 4 November 2024," kata Radi dengan penuh kesedihan.

"Sampai saat ini, saya tidak memiliki kabar tentangnya. Apakah dia gugur di salah satu terowongan? Apakah dia ditangkap dan masih hidup? Apakah pendudukan mengambil jenazahnya? Saya tidak memiliki informasi.

"Saudara laki-laki saya juga hilang. Namanya Mohammad Hassan Al-Shoubaki. Ia menderita kondisi psikologis yang parah. Ia meninggalkan rumah dan terakhir terlihat di daerah Al-Zaytoun, tempat bentrokan berlangsung sengit.

"Saya tidak tahu apa-apa tentangnya—apakah ia dibunuh, ditangkap, atau apakah jasadnya dimutilasi oleh anjing-anjing liar. Saya mencari ke mana-mana, termasuk melalui Palang Merah, tetapi saya tidak dapat menemukannya," tandasnya.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan proses identifikasi jenazah menggunakan metode dasar hampir mustahil. Pasalnya, Gaza kekurangan laboratorium forensik dan peralatan pemeriksaan, dan Kementerian Kesehatan tidak menerima data korban dari pihak Israel.

Oleh sebab itu, Kementerian Kesehatan meluncurkan portal daring yang menampilkan foto-foto terpilih jenazah—sambil menjaga martabat dan privasi mereka—untuk membantu keluarga mengidentifikasi mereka dari jarak jauh.

Namun, mereka juga telah meminta komunitas internasional untuk memberikan dukungan dan sumber daya guna membantu mengidentifikasi 165 jenazah tak dikenal yang sebelumnya ditahan oleh Israel dan dikembalikan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI