Ziarahi Makam Marsinah, Menteri Arifah: Beliau Simbol Suara Perempuan Pemberani

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 19 Oktober 2025 | 16:38 WIB
Makam Marsinah (SinPo.id/ Istimewa)
Makam Marsinah (SinPo.id/ Istimewa)

SinPo.id - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi berziarah makam Marsinah di Desa Nglundo, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menjelang ditetapkannya aktivis buruh itu sebagai pahlawan nasional. 

Menurut dia, Marsinah bukan sekadar nama dalam catatan sejarah, melainkan simbol suara perempuan yang berani melawan ketidakadilan, dan patut diteladani generasi muda. 

"Kami hadir ke sini untuk ziarah di makamnya Marsinah. Di sini ada jejak seorang perempuan pekerja yang mempunyai keberanian yang luar biasa di mana keberaniannya ini menginspirasi bangsa kita," kata Arifah, Minggu, 19 Oktober 2025.

Arifah menilai, sosok Marsinah sebagai pengingat penting bahwa perjuangan perempuan Indonesia belum selesai. Dan, tugas negara adalah memastikan setiap perempuan pekerja Indonesia terlindungi, dihargai, dan memiliki ruang aman untuk bersuara. 

"Ia (Marsinah) berdiri untuk keadilan, martabat, dan hak-hak perempuan pekerja. Keberaniannya adalah warisan moral bangsa ini, warisan yang harus kita jaga dan lanjutkan," katanya.

Sebagai informasi, Marsinah adalah perempuan asal Nganjuk, Jawa Timur, lahir lahir pada 10 April 1969, anak kedua dari pasangan Astin dan Sumini.

Ia memiliki dua saudara perempuan, dan sejak muda menunjukkan semangat juang yang tinggi.

Semasa hidupnya, Marsinah pernah bekerja sebagai buruh di PT Catur Putra Surya (CPS), pabrik arloji yang berlokasi di Porong, Sidoarjo. Di lingkungan kerjanya, Marsinah dikenal sangat vokal terkait isu kesejahteraan buruh dan aktif dalam organisasi buruh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) unit kerja PT CPS.

Perjuangan Marsinah untuk hak-hak buruh mencapai puncaknya pada tahun 1993, ketika ia terlibat aktif dalam aksi mogok kerja menuntut kenaikan upah. Namun, perjuangannya harus berakhir tragis. Ia ditemukan meninggal dunia setelah diculik dan disiksa secara brutal.

Tubuhnya ditemukan tewas setelah tiga hari diculik, sebuah peristiwa yang mengguncang kesadaran publik tentang kondisi buruh di Indonesia.

Kisah tragis Marsinah ini menjadi salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia yang paling dikenal, dan menjadikannya simbol perjuangan buruh. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI