Setahun Prabowo-Gibran, Ujang: Pak Presiden Berhasil Jaga Demokrasi yang Sehat
SinPo.id - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, cukup banyak capaian positif yang diterorehkan pemerintahan Prabowo-Gibran dalam setahun terakhir, termasuk konsolidasi politik dan pembangunan sistem demokrasi yang terus bergerak maju.
"Bapak Presiden saya meyakini, saya melihat dari luar, dari kacamata kampus, ini sudah menjadikan standing yang baik dalam objek menjaga demokrasi . Jadi kalau diukur di nilai pun, demokrasinya tetap akan terjaga dengan baik," kata Ujang dalam acara "Pekan Prabowo-Gibran: Satu Tahun untuk Indonesia Raya" di Jakarta, Senin, 13 Oktober 2025.
Ujang mengatakan, untuk mengukur keberhasilan demokrasi dengan kebebasan berpendapatnya, semestinya tidak perlu memakai parameter luar, seperti Without Borders serta lembaga riset dunia lainnya. Indonesia juga bisa mengukur demokrasi dengan skala dalam negeri.
"Teman-teman, mengukur demokrasi tidak harus dengan kekuatan lembaga luar. Tapi kita juga bisa mengukur demokrasi dengan skala kita. Apa misalkan, kita lihat kebebasan berpendapat kita seberapa besar. Apakah dilarang? Kan tidak," ujarnya.
Kemarin, lanjut Ujang, dirinya ditemui oleh aktifis, teman dari Delpedro Marhaen Rismansyah, Direktur Lokataru Foundation, yang menjadi tersangka provokasi aksi ricuh akhir Agustus lalu.
"Saya kemarin kedatangan aktivis temannya Delpedro Marhaen komplain ke saya, kenapa (Delpedro) ditangkap. Saya bilang, Pak Presiden itu menjaga demokrasi agar tetap sehat," kata Ujang.
Ujang lantas menegaskan bahwa di sistem demokrasi, seorang aktifis harus berani mempertanggungjawabkan atas apa yang perbuat.
"Pak polisi itu sudah dengan objektif melihat SOP terkait dengan persoalan itu. Tetapi saya ingin mengatakan demokrasi yang dibangun oleh Bapak Presiden itu terus bergerak. Artinya yang salah, ya salah. Yang tidak, ya tidak. Jadi jangan juga dibilak-balik oleh karena itu, mohon maaf kalau saya melihat secara objektif, demokrasi ini terus bergerak," ungkapnya.
Untuk konsolidasi demokrasi, menurut Ujang juga menuju arah yang sehat. Jika mengikuti teori-teori barat, Amerika Latin, Indonesia hanya cukup tujuh kali pemilu pasca reformasi, akan mencapai konsolidasi demokrasi.
"Kami, akademisi biasanya memprediksi ini, 6-7 kali pemilu pasca reformasi itu terjadi konsolidasi demokrasi yang kuat. Sehingga kita bisa menata demokrasi dengan sehat. Karena kalau ini tidak dilakukan, maka akan kembali kepada otoriter," ujarnya.
