Kemendikbud Tegaskan Kolaborasi Kunci Transformasi Pendidikan Digital

Laporan: Tisa
Kamis, 05 November 2020 | 17:39 WIB
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam (Foto: Ist.)
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam (Foto: Ist.)

sinpo, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menilai pentingnya perguruan tinggi agar senantiasa beradaptasi di masa pandemi COVID-19.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam mengatakan, perguruan tinggi harus cepat dan fleksibel dalam menyiapkan generasi unggul. 

Ia mengatakan, situasi pandemi telah mencerminkan situasi di abad 21 yang dikenal dengan VUCA (vulnerable, uncertain, complex and ambiguity). 

"Situasi ini menjadi gambaran kondisi yang akan sering kita hadapi saat ini dan memaksa perguruan tinggi, melakukan pembelajaran secara daring," kata Nizam dalam acara Webinar Edu Connex yang diselenggarakan oleh Indosat, Kamis (5/11/2020).

Dirinya menyebut hal tersebut sejalan dengang semangat dari program Kampus Merdeka yang dijalankan Kemendikbud.

Diketahui, sebulan setelah tanggal 9 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran untuk belajar dari rumah. 

Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melakukan survei kepada beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

"Hasil survei menunjukkan sebanyak 98% perguruan tinggi sudah menerapkan pembelajaran daring," ujarnya.

Pembelajaran secara daring tersebut, lanjut dia, seiring dengan kebutuhan kompetensi di abad 21, yakni pelajar atau mahasiswa harus menjadi independent learners (pembelajar independen).

"Serta harus menjadi agile learners dan dapat belajar dengan media apapun," ucapnya.

Maka, menurutnya peran dosen harus beralih menjadi pendamping bagi mahasiswa, dalam mengembangkan diri dan potensinya.

Nizam melanjutkan, dari 4.700 kampus yang ada, hanya sekitar 200 kampus yang memiliki Learning Management Sistem (LMS).

"4.500 lainnya belum memilikinya," imbuh Dirjen.

Oleh sebab itu, ia menuturkan, hingga saat ini lebih dari 3.000 modul telah disiapkan pada laman SPADA (Sistem Pembelajaran Daring). 

Bagi para kampus yang belum siap dengan modul pembelajaran daring, Nizam mempersilakannya untuk mengakses laman SPADA.

"Laman SPADA merupakan platform untuk berbagi modul pembelajaran dan LMS," ucapnya.

Selain itu, ia mengatakan Kemendikbud juga melakukan survei yang diikuti oleh seluruh mahasiswa dari Sabang sampai Merauke.

Dari survei yang diikuti lebih dari 200 ribu mahasiswa mengisi survei yang dilakukan Kemendikbud.

Hasilnya, menunjukkan dalam waktu singkat para kampus mampu melakukan transformasi pembelajaran daring. 

"Secara umum, mahasiswa merasakan melalui pembelajaran daring materi pembelajaran dapat tersampaikan,” ujarnya.

Di sisi lain, ia pun menyampaikan sejak awal tahun 2000, Indonesia sudah memiliki IDREN (Indonesian Research and Education Networks).

IDREN, kata dia, dapat dimanfaatkan sebagai media koneksi untuk pembelajaran daring.

Dirjen mengharapkan agar terus adanya sinergi yang kuat antara seluruh provider dengan IDREN.

Tujuannya, lanjut dia, agar dapat menghadirkan pendidikan berkualitas yang berbasis digital secara murah, berkualitas, dan stabil. 

"Hal tersebut dapat terwujud dengan bekerja sama dalam digitalisasi untuk Indonesia maju," pungkasnya.sinpo

Komentar: