BGN Tegaskan Kandungan Susu di MBG Sesuai Aturan BPOM

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 12 Oktober 2025 | 18:55 WIB
Ilustrasi susu segar untuk program MBG (SinPo.id/ Dok. BGN)
Ilustrasi susu segar untuk program MBG (SinPo.id/ Dok. BGN)

SinPo.id - Tim Pakar Bidang Susu BGN sekaligus Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu, Fakultas Peternakan IPB, Prof. Dr. Epi Taufik menegaskan, kandungan gizi susu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah sesuai dengan aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Hal ini merespons polemik kandungan susu dalam MBG yang disebut sebanyak 30 persen. Masyarakat menilai, seharusnya kandungan susu segarnya mencapai 100 persen.

Menurut Epi, secara alami, susu sapi segar mengandung 88 persen air, dan 12 persen bahan kering, yang terdiri atas lemak, protein, laktosa/karbohidrat dan mineral. 

"Susu sapi segar, terutama yang saat ini mayoritas berasal dari sapi Frisian Holstein (FH), juga susu kambing, dan bahkan ASI (Air Susu Ibu), kandungan utamanya adalah air," kata Epi dalam keterangannya, Minggu, 12 Oktober 2025. 

Dia menilai, fakta bahwa kandungan susu segar didominasi oleh air ini kurang dipahami dengan baik. Karena itu muncul berbagai tudingan di media sosial, bahwa susu program MBG telah dimanipulasi, gara-gara pada label susu MBG tercantum kandungan susu 30 persen. Mereka lalu mempertanyakan, mengapa para penerima MBG tidak diberi susu segar saja.

Padahal, lanjut Prof Epi, kandungan gizi susu MBG telah diatur mengikuti spesifikasi khusus dari BGN dan Peraturan BPOM Nomor 13/2023 tentang Kategori Pangan terutama pada bagian 01.1.2 mengenai Susu Cair Plain lain dalam bentuk Susu Lemak Penuh Rekombinasi. 

Berdasarkan aturan itu, susu MBG dikategorikan sebagai susu lemak penuh rekomendasi dengan berbahan baku susu segar minimum 20 persen, ditambah padatan susu dengan kandungan gizi seperti susu segar.

"Kandungan kalsium tidak kurang dari 15 persen daily value, kadar lemak tidak kurang dari 3 persen, kadar protein tidak kurang dari 2,7 persen, dan kadar karbohidrat dan mineral tidak kurang dari 7,8 persen," ujarnya.

Kendati secara prosentase susu segar dalam komposisi susu MBG minimum 20 persen, Epi memastikan bahwa kadar gizinya tidak berkurang. 

"Jadi, bukan berarti jika susu segarnya 20 persen lalu sisanya semua air," kata satu-satunya profesor susu di Indonesia itu. 

Yang penting, tegas dia, kandungan gizi susu MBG (lemak, protein, laktosa/karbohidrat dan mineral) setara dengan susu segar.

Pada awalnya, Presiden Prabowo Subianto meminta agar susu MBG 100 persen berbahan baku susu segar produksi dalam negeri. Namun, sejak 1998 hingga saat ini, produksi susu segar dalam negeri baru mencukupi 20 persen kebutuhan nasional. 

"Produksi susu segar kita kurang dari 1 juta ton per tahun. Sehingga untuk menutupi kebutuhan susu regular di dalam negeri sebelum ada MBG saja harus impor 80 persen. Dengan adanya tambahan kebutuhan susu MGB, maka ketersediaan susu segar dalam negeri semakin berkurang," kata Tim Pakar BGN bidang susu ini. 

Dengan mempertimbangkan ketersedian susu segar dalam negeri yang ada saat ini, untuk memenuhi kebutuhan susu regular dan MBG agar tidak meningkatkan impor yang sudah tinggi, ditambah lagi dengan perintah Presiden agar bahan baku MBG wajib menyerap bahan baku lokal, maka kandungan susu segar dalam program ini diawali dengan minimum 20 persen persen, tetapi kandungan gizi setara susu segar. 

Kandungan ini akan ditingkatkan secara bertahap mengikuti ketersediaan produksi susu segar dalam negeri yang dihasilkan oleh para peternak sapi perah dalam negeri. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI