Ratusan Ribu Warga Kembali ke Gaza, Hamas Tolak Disarmament di Tengah Janji Trump Pulangkan Sandera

Laporan: Tim Redaksi
Minggu, 12 Oktober 2025 | 06:33 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (SinPo.id/AP)
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (SinPo.id/AP)

SinPo.id -  Ratusan ribu warga Palestina berduyun-duyun kembali ke Gaza City yang porak-poranda pada Sabtu 11 Oktober 2025, hanya sehari setelah gencatan senjata diumumkan. Namun di tengah euforia, Hamas memperingatkan bahwa fase berikutnya dari rencana damai Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan jauh lebih sulit dijalankan.

Gaza kini kembali dipenuhi kepulan debu dan reruntuhan bangunan. Lebih dari 500.000 warga Palestina dilaporkan kembali ke kota itu, menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza. Mereka berjalan kaki menyusuri jalanan yang hancur, mencari sisa-sisa rumah mereka yang kini tinggal puing.

“Saya berdiri di depan rumah saya dan menangis. Semua kenangan kini hanya tinggal debu,” kata Raja Salmi (52) kepada AFP, saat menemukan rumahnya di kawasan Al-Rimal sudah rata dengan tanah.

Drone yang diterbangkan AFP memperlihatkan pemandangan memilukan — blok-blok perumahan berubah menjadi hamparan beton hancur dan besi berkarat, dengan jalanan yang dipenuhi reruntuhan.

Harapan Baru di Tengah Trauma

Di Tel Aviv, ribuan warga Israel berkumpul di “Hostages Square”, meneriakkan “Thank you Trump” sembari menunggu kabar kepulangan sandera. Utusan perdamaian AS, Steve Witkoff, berjanji bahwa para sandera akan “kembali ke rumah” pada Senin mendatang.

“Keberanian kalian telah menggerakkan dunia,” ujar Witkoff di hadapan keluarga para sandera. “Kepada para sandera — kalian akan segera pulang,” tambahnya.

Dalam kesepakatan gencatan senjata tahap pertama ini, Hamas diwajibkan menyerahkan 47 sandera Israel — hidup maupun jenazah — sementara Israel akan membebaskan 250 tahanan dan 1.700 warga Gaza yang ditahan sejak perang dimulai.

Tantangan Politik di Fase Kedua

Namun, di balik euforia gencatan senjata, Hamas memperingatkan bahwa fase kedua rencana damai Trump “akan penuh dengan kompleksitas dan kesulitan.”

“Sebagai poin yang jelas dari rencana itu sendiri, tahap kedua ini tidak mudah,” kata anggota biro politik Hamas, Hossam Badran, dalam wawancara dengan AFP di Qatar.
Ia menegaskan Hamas tidak akan menghadiri penandatanganan resmi kesepakatan damai di Mesir.

Sumber internal Hamas yang enggan disebutkan namanya juga menegaskan: “Pelucutan senjata adalah hal yang tidak bisa dibicarakan. Itu di luar pertimbangan.”

Peran Militer dan Aliansi Regional

Rencana damai Trump mengatur bahwa pasukan Israel akan secara bertahap menarik diri dari kota-kota Gaza, dan digantikan oleh pasukan multinasional dari Mesir, Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab, dengan koordinasi pusat komando AS di Israel.

Sabtu kemarin, Kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) Laksamana Brad Cooper, bersama Jared Kushner dan Ivanka Trump, mengunjungi Gaza sebelum bertolak ke Tel Aviv untuk bertemu keluarga para sandera.

Krisis Kemanusiaan Belum Usai

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 67.000 orang tewas sejak serangan balasan Israel dimulai dua tahun lalu. Lebih dari separuh korban adalah perempuan dan anak-anak, data yang dianggap kredibel oleh PBB.

“Saat saya masuk ke Gaza, rasanya seperti kota mati,” kata Sami Musa (28), salah satu warga yang kembali. “Bau kematian masih terasa di udara.”

PBB menyebut Israel telah membuka jalur bantuan untuk 170.000 ton logistik kemanusiaan, termasuk makanan dan obat-obatan, jika gencatan senjata ini bertahan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI