Pemprov DKI Jakarta Pastikan Tarif MRT dan LRT Tak Naik
SinPo.id - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan tarif Moda Raya Terpadu (MRT) dan Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta tidak akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat, kendati tengah mencermati wacana efisiensi subsidi transportasi imbas penurunan dana transfer dari pemerintah pusat ke daerah.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, menyebut tarif kedua moda itu masih berada dalam ambang kesanggupan dan kesediaan bayar masyarakat.
“Tarif saat ini masih sesuai dengan hasil kajian daya beli warga. Kami tidak melihat urgensi untuk menaikkan tarif MRT maupun LRT,” ujar Syafrin dalam keterangannya dikutip Jumat, 10 Oktober 2025.
Syafrin menjelaskan, berdasarkan perhitungan terakhir, tarif keekonomian MRT Jakarta tahun lalu mencapai Rp13 ribu per penumpang, namun tarif yang dikenakan hanya Rp7.000.
“Selisih sekitar Rp6.000 itu masih bisa ditanggung melalui skema subsidi transportasi yang telah disusun,” ungkapnya.
Kendati demikian, kata dia, situasi berbeda terjadi pada layanan Transjakarta. Dia menyebut, Pemprov DKI mulai mempertimbangkan penyesuaian tarif setelah lebih dari 19 tahun tidak mengalami perubahan.
“Tarif Transjakarta terakhir kali ditetapkan tahun 2005. Padahal selama dua dekade ini, inflasi dan kenaikan upah minimum cukup signifikan,” kata Syafrin.
Syafrin menuturkan, tingkat cost recovery atau kemampuan menutup biaya operasional dari tarif penumpang, terus menurun. “Dulu pada 2015 masih 34 persen, sekarang hanya tinggal 14 persen. Artinya, beban subsidi semakin besar,” ujarnya.
Namun , dia memastikan kajian terhadap tarif baru masih berlangsung dan belum ada angka final yang diputuskan.
Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta, Tuhiyat, mengungkapkan bahwa untuk rute Bundaran HI-Lebak Bulus, biaya operasional seharusnya mencapai Rp32.000 per penumpang. Namun, saat ini pengguna hanya membayar Rp14.000.
“Selisihnya ditutup melalui subsidi pemerintah melalui skema PSO (Public Service Obligation),” kata Tuhiyat.
Dia menambahkan, agar keberlanjutan perusahaan tetap terjaga, pihaknya kini fokus pada pengembangan pendapatan non-tarif.
“Pendapatan dari non-farebox seperti penyewaan ruang, kerja sama komersial, dan hak penamaan menjadi andalan kami untuk menyeimbangkan neraca,” tandasnya.
