Surplus Perdagangan Agustus 2025 Tembus USD 5,49 Miliar, Tertinggi Sejak 2022

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 04 Oktober 2025 | 12:14 WIB
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso. (SinPo.id/dok. Kemendag)
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso. (SinPo.id/dok. Kemendag)

SinPo.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia periode Agustus 2025, mencatatkan surplus mencapai USD 5,49 miliar, meningkat signifikan dibanding Juli sebesar USD 4,17 miliar. 

Sementara, neraca perdagangan khusus nonmigas untuk periode Agustus 2025 mencatatkan surplus USD 7,15 miliar. Nilai ini merupakan tertinggi sejak November 2022 yang sebesar USD 6,80 miliar.

"Capaian ini menandai keberlanjutan tren surplus selama 64 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Bahkan, neraca perdagangan nonmigas Agustus 2025 mencapai USD 7,15 miliar atau tertinggi sejak November 2022," ujar Budi dalam keterangannya, Sabtu, 4 Oktober 2025.

Di sisi lain, surplus kumulatif Januari-Agustus 2025 yang sebesar USD 41,21 miliar juga didorong oleh meningkatnya surplus nonmigas. Pada Januari-Agustus 2024, surplus tercatat senilai USD 32,69 miliar. 

Surplus nonmigas pada Januari-Agustus 2025 sebagian besar disumbang oleh perdagangan dengan beberapa negara mitra utama. Surplus tertinggi dicatatkan dengan Amerika Serikat (AS) sebesar USD 14,09 miliar, disusul India USD 9,47 miliar dan Filipina USD 5,81 miliar. 

Ekspor Indonesia pada Agustus 2025 mencapai USD 24,96 miliar atau naik 0,87 persen dibanding Juli 2025 (MoM) dan tumbuh 5,78 persen dibanding Agustus 2024 (YoY). 

Peningkatan ini didorong kenaikan ekspor nonmigas sebesar 6,68 persen meskipun ekspor migas turun 10,88 persen (YoY). Ekspor Agustus 2025 terdiri atas ekspor migas sebesar USD 1,07 miliar dan nonmigas USD 23,89 miliar. 

"Tiga komoditas nonmigas utama dengan pertumbuhan ekspor tertinggi pada Agustus 2025, yakni bijih logam, terak dan abu (HS 26) yang naik 128,61 persen, barang dari besi dan baja (HS 73) naik 52,85 persen  serta bahan kimia anorganik (HS 28) naik 47,52 persen," terangnya.

Sementara itu, secara kumulatif, total ekspor Indonesia pada Januari-Agustus 2025 adalah USD 185,13 miliar atau tumbuh 7,72 persen dibanding Januari-Agustus 2024 (CtC). Peningkatan ini ditopang pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 9,15 persen menjadi USD 176,09 miliar (CtC).

Dari sisi ekspor nonmigas, sektor industri pengolahan mendominasi dengan kontribusi 79,92 persen, disusul pertambangan dan lainnya 12,73 persen dan pertanian 2,47 persen. 

Jika dibandingkan dengan Januari-Agustus 2024, sektor pertanian Januari-Agustus 2025 naik tertinggi sebesar 38,25 persen. Ekspor industri pengolahan juga naik sebesar 16,60 persen, namun sektor pertambangan dan lainnya turun 24,31 persen (CtC).

"Tiga komoditas nonmigas utama dengan pertumbuhan ekspor tertinggipada periode Januari-Agustus 2025 adalah kakao dan olahannya (HS 18) yang melonjak hingga 86,52 persen, aluminium dan barang daripadanya (HS 76) naik 68,86 persen  serta kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) naik 58,66 persen," ungkapnya. 

Bila dilihat dari negara tujuannya, Tiongkok, AS, dan India, masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas dengan nilai total USD 73,63 miliar, atau 41,82 persen dari total ekspor nonmigas nasional. 

Sedangkan negara tujuan ekspor dengan lonjakan tertinggi secara kumulatif, antara lain, Swiss sebesar 181,73 persen, Bangladesh sebesar 38,70 persen, Brasil  38,58 persen, Thailand 35,03 persen, dan Mesir sebesar 33,70 persen. 

Berdasarkan kawasannya, ekspor ke Afrika Barat mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 74,31 persen, diikuti Asia Tengah sebesar 66,19 persen dan Afrika Timur sebesar 47,56 persen. 

Pada Agustus 2025, kinerja impor Indonesia tercatat sebesar USD 19,47 miliar. Nilai ini turun 5,35 persen dibanding Juli 2025 (MoM) dan turun 6,56 persen dibanding Agustus 2024 (YoY). Nilai impor Agustus 2025 terdiri atas sektor migas sebesar USD 2,73 miliar dan nonmigas sebesar USD 16,74 miliar.

Secara kumulatif, impor Indonesia pada Januari-Agustus 2025 mencapai USD 155,99 miliar atau tumbuh 2,05 persen (CtC). Peningkatan ini didorong impor onmigas yang naik 4,85 persen menjadi USD 134,88 miliar dibanding Januari-Agustus 2024 yang sebesar USD 128,64 miliar.

Struktur impor Januari–Agustus 2025 masih didominasi bahan baku atau penolong dengan pangsa sebesar 70,89 persen, diikuti barang modal sebesar 20,08 persen dan barang konsumsi sebesar 9,03 persen. 

Dibanding Januari-Agustus 2024, impor barang modal naik 17,94 persen sementara impor bahan baku atau penolong turun 1,09 persen dan barang konsumsi turun 2,85 persen (CtC).

"Kenaikan impor barang modal yang mencapai 17,94 persen turut disebabkan naiknya impor central processing unit (CPU), mesin untuk memilah, menyaring, memisahkan, dan mencuci, peralatan navigasi kapal, alat penerima portabel, dan alat berat. Meski impor bahan baku dan barang konsumsi turun, dominasi bahan baku dalam struktur impor tetap mencerminkan orientasi produktif ekonomi kita," ujarnya. 

Produk bahan baku atau penolong dengan penurunan terdalam pada Januari-Agustus 2025, yaitu gula tebu, batubara bitumen; kacang kedelai, bungkil untuk pakan ternak; dan polypropylene. Di sisi lain, impor barang konsumsi turun terutama untuk pendingin ruangan, bawang putih, mobil listrik, buah pir, dan buah apel.

Sementara itu, secara umum, komoditas impor nonmigas dengan peningkatan tertinggi, antara lain, kakao dan olahannya (HS 18) sebesar 108,89 persen, kapal, perahu, dan struktur terapung (HS 89)sebesar77,43 persen, serta garam, belerang, batu, dan semen (HS 25) sebesar 72,15 persen (CtC).

Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia pada Januari-Agustus 2025 didominasi Tiongkok, Jepang, dan AS dengan kontribusi gabungan mencapai 52,78 persen terhadap total impor nonmigas. 

Adapun negara asal impor dengan kenaikan tertinggi dibanding Januari-Agustus 2024 adalah Ekuador sebesar 102,75 persen, Uni Emirat Arab sebesar 62,74 persen, dan Arab Saudi sebesar 28,03 persen. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI