Pasca Ibu Kota, Jakarta Perlu Perkuat Budaya Betawi

Laporan: Sigit Nuryadin
Sabtu, 27 September 2025 | 19:25 WIB
Para penari tampil mebawakan tarian Topeng Betawi saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (6 Juli 2025).
Para penari tampil mebawakan tarian Topeng Betawi saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (6 Juli 2025).

SinPo.id - Dinas Kebudayaan DKI Jakarta menyatakan perubahan status Jakarta pasca-pemindahan ibu kota negara menjadi momen penting untuk memperkuat identitas lokal, terutama budaya Betawi. Dalam menghadapi era baru tersebut, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat adat menjadi langkah strategis.

"Kami memandang transisi status Jakarta sebagai peluang, bukan hambatan. Justru ini saat yang tepat untuk mengangkat kebudayaan Betawi agar menjadi bagian utama dari wajah baru Jakarta," kata Kepala Sub-Kelurahan Dinas Kebudayaan DKI, Farza Elvinra, Jumat, 27 September 2025.

Farza menuturkan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Badan Musyawarah (Bamus) Betawi untuk menyusun sejumlah program yang akan dijalankan pada tahun 2026. Dia menyebut pelatihan seni Betawi di sekolah-sekolah sebagai salah satu langkah konkret agar warisan budaya tidak sekadar dikenang, tetapi juga diwariskan secara aktif kepada generasi muda.

"Kami akan menggandeng Dinas Pendidikan agar seniman bisa masuk ke ruang kelas. Anak-anak harus tumbuh dengan mengenal budayanya sendiri," tuturnya. 

Selain program pelatihan, Farza juga mendorong partisipasi aktif dari Bamus Betawi dalam merumuskan kebijakan yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat adat. Salah satunya ialah dengan mendorong revisi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.

"Perda itu perlu dikaji ulang agar lebih adaptif terhadap tantangan zaman. Perlu ada penyesuaian agar peran budaya Betawi tidak tergerus oleh dinamika urban," ungkap Farza. 

Sementara itu, Tokoh Bamus Betawi, Munir menyambut baik komitmen Dinas Kebudayaan tersebut. Dia menilai kolaborasi antara pemerintah dan komunitas lokal sangat penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang dibuat tidak lepas dari akar kultural masyarakat Jakarta.

"Kita ini punya budaya sendiri yang tidak boleh hilang, apalagi Jakarta ke depan akan terus berubah. Budaya Betawi harus menjadi fondasi yang tidak tergantikan," kata Munir.

Dia juga menekankan pentingnya soliditas antar-lembaga dalam menjaga kesinambungan pelestarian budaya. Menurutnya, dengan kerja sama yang erat, upaya pelestarian bisa memberikan dampak langsung dan berkelanjutan bagi masyarakat.

“Kalau kita tidak kompak dari sekarang, maka budaya Betawi bisa saja tergeser. Ini tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” ujarnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI