Afghanistan Tolak Permintaan Trump Soal Bagram, Inggris-Kanada-Australia Akui Negara Palestina
SinPo.id - Ketegangan geopolitik internasional kembali memanas setelah dua isu besar mencuat pada Minggu 21 September 2025. Pertama, Afghanistan menegaskan menolak keras permintaan Presiden AS Donald Trump terkait pengambilalihan kembali pangkalan udara Bagram. Kedua, Inggris, Kanada, dan Australia resmi mengumumkan pengakuan terhadap negara Palestina, langkah yang menuai kecaman keras dari Israel.
Afghanistan vs AS Soal Bagram
Trump, dalam pernyataannya di platform Truth Social, mengancam Afghanistan dengan "hal buruk" bila pangkalan Bagram tidak dikembalikan ke Amerika Serikat. Bagram merupakan pangkalan udara terbesar di Afghanistan yang menjadi pusat operasi militer AS selama 20 tahun perang melawan Taliban, hingga ditinggalkan pada 2021.
Namun, Fasihuddin Fitrat, Kepala Staf Kementerian Pertahanan Afghanistan, menegaskan bahwa tidak akan ada kesepakatan politik terkait Bagram.
“Kesepakatan atas sejengkal pun tanah Afghanistan tidak mungkin terjadi. Kami tidak membutuhkannya,” ujarnya.
Pemerintah Afghanistan menambahkan bahwa kedaulatan dan integritas wilayah tetap menjadi prioritas utama.
Inggris, Kanada, dan Australia Akui Palestina
Di saat bersamaan, perkembangan besar datang dari London, Ottawa, dan Canberra. Inggris, Kanada, dan Australia mengumumkan pengakuan resmi terhadap negara Palestina, menyusul lebih dari 145 negara lain yang telah lebih dulu melakukannya.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menegaskan bahwa langkah ini bukan bentuk dukungan terhadap Hamas, melainkan upaya membuka kembali peluang perdamaian.
“Hari ini kami bergabung dengan lebih dari 150 negara yang mengakui negara Palestina. Ini janji untuk masa depan yang lebih baik bagi Palestina dan Israel,” kata Starmer.
Hal serupa disampaikan PM Kanada Mark Carney yang menawarkan kemitraan untuk membangun masa depan damai, serta PM Australia Anthony Albanese yang menekankan perlunya gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera.
Israel Keras Menolak
Pemerintah Israel langsung menolak keras langkah tersebut. PM Benjamin Netanyahu menyebut pengakuan itu sebagai “hadiah besar untuk terorisme” dan menegaskan tidak akan ada negara Palestina di barat Sungai Yordan.
Netanyahu dijadwalkan akan mengumumkan respons resmi usai kunjungannya ke Washington pekan depan, di mana ia juga dijadwalkan bertemu Presiden Trump.

