Warisan Charlie Kirk: Dari Dukungan pada Hukum Custody hingga Fenomena AI dalam Peringatan Sang Aktivis

Laporan: Tim Redaksi
Minggu, 21 September 2025 | 07:01 WIB
Aktivis sayap kanan sekaligus loyalis Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Charlie Kirk. (SinPo.id/Reuters)
Aktivis sayap kanan sekaligus loyalis Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Charlie Kirk. (SinPo.id/Reuters)

SinPo.id -  Beberapa jam sebelum ia tewas ditembak, aktivis konservatif Charlie Kirk sempat menulis sejumlah unggahan di Facebook. Salah satunya berisi kritik terhadap artikel Wall Street Journal tentang undang-undang hak asuh anak di Kentucky yang menetapkan “equal parenting time” sebagai prinsip terbaik bagi anak.

Kirk menilai, kebijakan itu bukan hanya menurunkan angka perceraian di Kentucky, tapi juga berpengaruh pada perilaku pemilih di banyak negara bagian. Data menunjukkan kandidat politik yang vokal mendukung shared parenting cenderung meraih lebih banyak suara. Survei nasional bahkan mengungkap dukungan mayoritas warga Amerika — baik Demokrat, Republik, laki-laki, perempuan, maupun kelompok minoritas — pada kebijakan tersebut.

“Jika partai ingin menambah suara di negara-negara swing state, jawabannya jelas: sahkan undang-undang shared parenting,” tulis Kirk dalam unggahan terakhirnya.

Namun, kematian Kirk justru membuka babak baru yang unik: ledakan konten AI untuk mengenangnya. Sejumlah gereja besar di Amerika menayangkan klip suara Kirk yang dihasilkan kecerdasan buatan, seolah ia berbicara setelah kematiannya. Jemaat pun berdiri memberi tepuk tangan, meski sejak awal ditegaskan rekaman itu bukan suara asli.

Di media sosial, video dan gambar AI Kirk beredar luas. Ada yang menampilkan dirinya di surga bersama tokoh-tokoh Kristen awal, hingga berpose bersama Abraham Lincoln dan Martin Luther King Jr. Ada pula klip religius yang menggambarkan Kirk berlari menuju Yesus, lengkap dengan nuansa musik rohani.

Fenomena ini memunculkan tren baru dalam budaya berduka: mempersembahkan kenangan hiperreal berbasis AI. Meski menuai kritik karena memanipulasi citra tokoh yang sudah wafat, bagi banyak pendukungnya, rekonstruksi digital itu dianggap sebagai bentuk penghiburan.

Di sisi lain, organisasi yang dibesarkan Kirk, Turning Point USA, bergerak cepat menunjuk sang istri, Erika Kirk, sebagai CEO sekaligus Ketua Dewan. Langkah itu dipandang sebagai upaya menjaga warisan dan visi Kirk di tengah guncangan besar pasca pembunuhannya.

Warisan terakhir Charlie Kirk kini terbagi dua wajah: gagasannya tentang kesetaraan dalam hak asuh anak yang berpotensi mengubah peta politik Amerika, serta perdebatan tentang batas etis penggunaan AI dalam mengenang sosok publik.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI