Cintai NKRI, Mantan Anggota JI Bakal Terus Berdakwah untuk Kebaikan
SinPo.id - Mantan anggota Jemaah Islamiyah (JI), Nasir Abas, menyatakan kecintaanya pada Indonesia. Hal ini menyikapi gejolak sosial politik dan keamanan yang tengah tidak kondusif di beberapa daerah, belakangan ini.
"Saya lahir di Singapura, umur 8 tahun pindah ke Malaysia, umur 15 berhenti sekolah, umur 16 bertemu Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, lalu terekrut. Setelah menyaksikan sendiri berbagai konflik di berbagai wilayah dan negara, saya justru menyatakan saya cinta Indonesia," kata Nasir Abas dalam sebuah dialog kebangsaan, ditulis Minggu, 31 Agustus 2025.
Menurut Nasir, cinta tanah air merupakan bagian yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. "Saya hanya ingin menegaskan bahwa cinta tanah air adalah ajaran yang dicontohkan Rasulullah. Ketika beliau harus berhijrah, berkali-kali Rasul menoleh ke belakang, menatap Makkah dengan berat hati. Betapa beliau mencintai tanah kelahirannya, meski terpaksa meninggalkannya demi perintah Allah," ujarnya.
Namun ada yang perlu ia garis bawahi, yakni cinta tanah air tidak serta merta absolut tanpa berbuat apa pun. Tetapi, harus ikut membantu memperbaiki segala hal yang berkaitan dengan kekurangan yang ada pada bangsa dan negara.
"Mencintai Indonesia bukan berarti menutup mata terhadap kekurangan. Justru cinta sejati adalah tetap bersama ketika ada kekurangan, lalu berusaha memperbaikinya. Inilah bentuk cinta tanah air yang sejalan dengan iman, tidak meninggalkan, tapi memperbaiki," tuturnya.
Senada, mantan amir Jamaah Islamiyah (JI) Ustaz Para Wijayanto, menegaskan bahwa salah satu implementasi cinta pada NKRI adalah dengan selalu menebarkan kebaikan, bukan merawat kebencian dan menebar caci maki. Apalagi sampai memicu kerusakan dan ketakutan di tengah-tengah masyarakat.
"Cara mencintai NKRI bukan dengan mengingkari atau mencaci, melainkan dengan terus berdakwah, mengajak kepada kebaikan, dan berkontribusi dalam perbaikan," kata Ustadz Para Wijayanto.
Jika pola dakwah kebaikan dan menyejukkan untuk niat memberikan kontribusi dan kebaikan pada bangsa dan negara, ia yakin bahwa Indonesia akan menjadi negara yang lebih baik lagi, karena bangsanya semakin cinta pada negara ini.
"Dengan begitu, kecintaan kepada negeri ini terwujud dalam amal nyata, meski banyak kekurangan yang masih ada," pungkasnya.
Kasatgaswil Sumatera Utara, Kombes Pol Didik Novi Rahmanto mengaku senang dengan acara dialog kebangsaan yang dihadiri para eks tokoh dan anggota Jamaah Islamiyah.
Di mana kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperkuat semangat rekonsiliasi dan persaudaraan antar sesama bangsa Indonesia.
"Sebuah kegiatan yang sangat bermakna, karena tidak hanya membicarakan masa lalu, tetapi bagaimana kita bersama-sama menyongsong masa depan," kata Didik.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga merupakan wujud nyata dari semangat rekonsiliasi, persaudaraan, dan cinta tanah air. Bahkan bisa menjadi simbol bahwa perubahan dan perbaikan selalu memungkinkan. Apalagi ia pun merasa bahagia, para pengikut Jemaah Islamiyah mau secara sadar dan suka rela untuk kembali memeluk NKRI.
"Kita menyaksikan bahwa saudara-saudara kita yang dahulu pernah berjalan di jalan yang berbeda, kini telah kembali, bertobat, dan bertekad kuat untuk membangun bangsa bersama-sama," ujarnya.
Ia juga mengingatkan, transformasi ideologi yang terjadi di organisasi Jamaah Islamiyah adalah sebuah proses yang lebih dari sekadar meninggalkan masa lalu, tetapi juga langkah menuju masa depan yang lebih baik.
Oleh sebab itu, Didik mengajak kepada seluruh peserta untuk memperkuat semangat kebangsaan, sekaligus meneguhkan komitmen untuk menjaga Indonesia dari ancaman ideologi ekstrem, intoleran, dan yang dapat memecah belah.
Menurut dia, transformasi ideologi bukan hanya sekadar konsep, tetapi sebuah proses panjang yang melibatkan semua pihak, mulai dari aparat keamanan, pemerintah, lembaga keagamaan, akademisi, hingga masyarakat luas.
"Hanya dengan kolaborasi yang kuat, kita bisa membangun kesadaran baru tentang pentingnya ideologi yang sehat dan moderat," tukasnya.

