Terinspirasi dari Blitzkrieg, Mentrans Ajak Tim Ekspedisi Patriot Berantas Kemiskinan
SinPo.id - Menteri Transmigrasi (Mentrans) Iftitah Sulaiman mengajak seluruh Tim Ekspedisi Patriot untuk menjadi pahlawan dalam memberantas kemiskinan di kawasan transmigrasi.
Hal itu disampaikan Iftitah dalam Ministerial Lecture bertajuk "Mission Patriot: Blitzkrieg Indonesia untuk Pembangunan" saat Pelepasan Tim Ekspedisi Patriot di Balai Kartini, Jakarta, Senin, 25 Agustus 2025.
Ekspedisi Patriot yang diikuti 2.000 mahasiswa peserta dari 7 perguruan tinggi yakni ITB, IPB, ITS, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Diponegoro, dikirim ke 154 kawasan transmigrasi di seluruh pelosok Indonesia.
Awalnya, Iftitah mengajak Tim Ekspedisi Patriot untuk belajar dari sejarah lahirnya strategi Blitzkrieg. Pada 1939, dini hari di Eropa, pasukan Jerman berdiri di perbatasan Polandia. Mereka tak mempunyai banyak pasukan, tidak memiliki tank besar, namun dalam hitungan hari, dunia terperanjat, Polandia jatuh.
"Strateginya disebut Blitzkrieg atau perang kilat. Rahasia keberhasilan itu bukan semata senjata, rahasia itu adalah auprastructing. Belakangan militer Amerika dan Inggris ikut mempelajarinya, dan melabelinya dengan nama Mission Command (Cara Menyelesaikan Misi)," kata Iftitah.
Iftitah menerangkan, Mission Command merupakan filosofi kepemimpinan, di mana komandan tidak mengatur setiap detail, tetapi hanya memberikan tujuan besar. Namun, cara mencapainya, diberikan keleluasan kepada para pemimpin lapangan.
Dengan cara itu, pasukan bisa bergerak cepat, setiap unit dapat mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlaku.
"Tidak menunggu perintah, namun tetap mengarah ke misi yang utama. Inilah inti dari Blitzkrieg, desentralisasi kepemimpinan dengan tujuan yang jelas," paparnya.
Lebih lanjut, Iftitah menegaskan, saat ini Tim Ekspedisi Patriot bukan memimpin tank, tidak menembakan peluru dengan senjata, tetapi berperang melawan kemiskinan, keterbelakangan, dan ketimpangan.
Di medan perang dahulu, pahlawan diukur dari berapa musuh yang dikalahkan. Kini, pahlawan diukur dari berapa desa yang dia hidupkan, berapa keluarga yang di angkat derajatnya.
"Dan untuk itu kita butuh Blitzkrieg Indonesia, gerakan kilat pembangunan yang saya sebut Mission Patriot. Mission Patriot artinya kita tidak boleh lambat, kita tidak boleh birokratis, kita harus cepat, tepat dan berani mengambil risiko," kata dia.
"Saya memberi istilah Kementerian Transmigrasi sedang berlari sambil memakai sepatu. Sama seperti pasukan Blitzkrieg, Anda semua para Patriot adalah komandan lapangan. Pemerintah pusat memberikan tujuan besar, tapi dilapangan, Bapak/Ibu/Saudara yang memutuskan dan yang menentukan langkah, dan yang mengubah peta pembangunan," ungkapnya.
Iftitah menjelaskan, ada delapan prinsip dasar yang harus dipegang Tim Ekspedisi Patriot di lapangan, yaitu kompetensi, saling percaya, pemahaman bersama, arahan komandan, perintah misi yang jelas, disiplin inisiatif, keberanian menerima risiko, serta perbaikan berkelanjutan.
"Jika kita berhasil, jadikanlah sebuah best practice. Jika kita gagal, jadikan sebagai sebuah lesson learned. Di atas semua itu, yang terpenting adalah don't give up. Jangan menyerah, jangan pernah menyerah. Never give up," ujarnya.
Menurut Iftitah, tantangan pembangunan di kawasan transmigrasi, bukan sekadar sektor pertanian, tetapi harus ada hilirisasi dan industrialisasi.
"Tolong simpan dalam memori masing-masing camkan, analisa, cari potensi untuk industrialisasi dan hilirisasi di kawasan transmigrasi. Saya yakin banyak sekali kesulitan-kesulitan yang akan ditemui oleh Bapak Ibu dan adik-adik sekalian, tapi tolong jangan sampai itu menjadi penghalang," tukasnya.
