DLH DKI Selidiki Munculnya Busa di Kali Sunter Jakut

Laporan: Sigit Nuryadin
Jumat, 22 Agustus 2025 | 10:55 WIB
Balai Kota DKI Jakarta. (SinPo.id/Dok. Pemprov DKI)
Balai Kota DKI Jakarta. (SinPo.id/Dok. Pemprov DKI)

SinPo.id - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI mengusut penyebab munculnya busa tebal di aliran Kali Sunter, Jakarta Utara. Fenomena tersebut diduga berasal dari air Situ Ria Rio, Jakarta Timur, yang mengalami pencemaran bahan organik dan surfaktan.

“Kami lakukan verifikasi langsung di lapangan bersama Sudin LH Jakarta Utara, dan hasil awal menunjukkan adanya indikasi pencemaran dari arah Situ Ria Rio,” kata Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 22 Agustus 2025.

Menurut Asep, busa mulai terlihat ketika dua pompa besar di kawasan Pulomas, masing-masing di wilayah Kelapa Gading dan Kayu Putih, dihidupkan untuk mengurangi volume air dari Situ Ria Rio. 

Dia menyebutkan, pengosongan ini dilakukan sebagai langkah antisipatif menghadapi potensi hujan lebat.

“Debit air yang besar menciptakan tekanan dan turbulensi saat keluar dari pompa, dan karena air sudah tercemar, muncullah busa yang terbawa arus hingga ke Kali Sunter,” ungkapnya. 

Lebih lanjut, Asep mengungkapkan, DLH DKI telah menyiapkan dua strategi jangka pendek. Pertama, pemasangan floating cube sejauh 100 meter dari saluran keluar pompa. 

"Alat ini berfungsi menahan busa agar tak meluas. Instalasi ditargetkan rampung sebelum akhir bulan ini," kata Asep. 

Kemudian kedua, petugas akan menyemprot busa menggunakan teknik high pressure spraying. “Metode ini sudah sesuai standar operasional dan tekanan yang digunakan mencapai 9 bar,” tuturnya. 

Menurut dia, DLH DKI juga tengah mengidentifikasi sumber pencemar yang kemungkinan berada di sekitar kawasan Situ Ria Rio. Selain itu, lanjutnya, koordinasi lintas dinas diperkuat agar respons lebih cepat saat pompa dioperasikan kembali.

Untuk jangka panjang, Asep menuturkan, pemerintah daerah akan menggandeng PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pengelola kawasan tersebut. Dia menyebut, langkah restoratif akan melibatkan pendekatan fisik dan biologis untuk menurunkan kadar polutan yang memicu pembentukan busa.

“Kami tidak berhenti pada penanganan visual semata. Ini bagian dari program jangka panjang untuk mengembalikan kualitas badan air kota,” tandasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI