Puluhan Siswa MDC Surabaya Kenal Lebih Dekat Budaya Jawa di Kampung Budaya Polowijen

Laporan: Tim Redaksi
Jumat, 22 Agustus 2025 | 05:25 WIB
Keseruan Puluhan Siswa Sekolah MDC Surabaya Ngangsu Ilmu di Kampung Budaya Polowijen (SinPo.id/Istimewa)
Keseruan Puluhan Siswa Sekolah MDC Surabaya Ngangsu Ilmu di Kampung Budaya Polowijen (SinPo.id/Istimewa)

SinPo.id - Puluhan siswa sekolah Masa Depan Cerah (MDC) Surabaya ngangsu ilmu (belajar) ragam seni dan kudapan tradisional di Kampung Budaya Polowijen, Blimbing, kota Malang, Kamis, 21 Agustus 2025.

Sekolah MDC yang berada di bawah Yayasan Cahaya Harapan Bangsa ini menekankan pendidikan kontekstual berbasis nilai-nilai Kristiani. Pada kesempatan ini, para siswa belajar mengenal lebih dekat budaya Jawa melalui pengalaman langsung.

Setiba di KBP, rombongan siswa MDC disambut hangat oleh pakar tembang dolanan anak, Mbah Karjo. Mereka diajak bernyanyi tembang-tembang anak, seperti 'Dayoh-dayohan', 'Salam Isuk-isuk Sugeng Enjing'. Mbah Karjo mengatakan, tembang-tembang tersebut bermakna tentang keramahan dan penghormatan pada tamu. 

"Puluhan siswa MDC kita ajak permainan dolanan klasik, seperti Pitik Walik Jambu, Dol Tinuku, Manuk Endro, Menthok-menthok, hingga Kodok Ngorek," ujar Mbah Karjo. 

Guru pendamping siswa-siswi MDC Surabaya, Reza Christin menghaturkan terima kasih kepada para pegiat seni budaya KBP yang telah mengajarkan budaya Jawa begitu banyak dan penuh makna. 

"Ini menjadi inspirasi bagi kami guru, terutama tembang dolanan yang bisa kami ajarkan di pelajaran muatan lokal,” kata Reza Christin.

Mbah Karjo yang juga dikenal sebagai dalang Wayang Suket menambahkan, tembang-tembang yang dilantunkan secara bersama-sama ini mencerminkan nilai-nilai sosial dalam budaya Jawa, yaitu menyambut tamu dengan sukacita. 

Pesan tembang-tembang itu, sambung mbah Karjo, adalah pentingnya keramahan dan sikap menghargai orang lain, terutama tamu yang datang.

"Demikian pula tembang-tembang bernuansa binatang yang dimainkan bukan sekadar lagu, tapi sarana mengenalkan anak-anak pada alam sekitar, mengajarkan nilai moral seperti kerja keras, kerendahan hati, dan sikap gotong royong, sekaligus melestarikan bahasa serta budaya Jawa," imbuh Mbah Karjo yang memiliki 50 koleksi lebih tembang dolanan Jawa itu. 

Keseruan para siswa MDC Surabaya juga tampak ketika menonton pentas tari Topeng Malangan “Grebeg Sabrang” yang dibawakan oleh penari KBP, Sabrina Nava dan Aurelia Rachel. 

Tak puas menonton, anak-anak pun antusias ikut menari bersama. Dengan memakai sampur warna merah dan kuning makin meriah suasana menari bersama.

Reza Christin mengaku bahwa kegiatan ini merupakan pengalaman pertama kali bagi siswa-siswi MDC Surabaya. "Bagi sebagian besar anak anak MDC, ini adalah pengalaman pertama menari Topeng Malangan,” ujar Reza Christin.

Sesi berikut yang tak kalah seru, puluhan siswa MDC ke dapur tradisional (pawon) untuk belajar membuat kue serabi. Sesi ini dipandu oleh ibu Siti Juwariyah dan Reni Ismiati. 

Sebagaimana tradisi di KBP saat dikunjungi tamu, para pegiat seni budaya KBP juga menyuguhkan kudapan tradisional berupa jajanan pasar khas, mulai dari polo pendem (ubi, ketela, gembili), hingga lopis, klepon, dan dawet yang dihidangkan dalam wadah tradisional besek. 

"Anak-anak terlihat senang saat bisa mencoba membuat serabi satu per satu, bahkan tak ketinggalan minta dibungkuskan untuk oleh-oleh," kata Siti Juwariyah. 

Penggagas KBP, Ki Demang menegaskan bahwa kunjungan secara berkala yang ngangsu ilmu di kampung tematik KBP mengukuhkan peran KBP sebagai ruang belajar budaya lintas generasi.

"Anak-anak bukan hanya diajak bermain, tetapi juga meresapi nilai-nilai luhur budaya Jawa, seperti keramahan, kebersamaan, kreativitas, serta cinta lingkungan," tukas Ki Demang. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI