HUT ke-80 RI, Legislator Sebut Jakarta Harus Jadi Simbol Hidup Empat Pilar Kebangsaan
SinPo.id - Anggota DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth, menekankan pentingnya menjadikan Jakarta sebagai panggung utama dalam merawat semangat kebangsaan di tengah peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Dia menyebut peringatan kemerdekaan bukan hanya seremoni tahunan, tetapi juga ajakan untuk memperkuat komitmen terhadap dasar-dasar bernegara.
"Delapan puluh tahun Indonesia merdeka, tantangannya telah berubah, tetapi prinsipnya tetap: menjaga keutuhan bangsa di tengah tantangan zaman," ujar Kenneth dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 Agustus 2025.
Menurut politisi PDI Perjuangan itu, keberagaman warga Jakarta merupakan potret miniatur Indonesia. Karena itu, menjaga kohesi sosial di Jakarta bukan hanya tanggung jawab administratif, tapi bagian dari misi kebangsaan.
"Jakarta adalah wajah Indonesia. Di sini berbagai latar belakang bertemu. Maka Jakarta harus menjadi teladan dalam merawat toleransi dan mencegah tumbuhnya sikap eksklusif berbasis identitas," katanya.
Kenneth juga menyoroti pentingnya menghidupkan nilai-nilai Pancasila secara nyata dalam keseharian masyarakat, tidak terbatas pada seremoni simbolik.
"Pancasila tidak boleh berhenti sebagai slogan. Ia harus membumi di sekolah, lingkungan kerja, dan ruang publik. Pendidikan kebangsaan harus menjadi napas bersama," tutur Kenneth.
Dia juga menegaskan peringatan kemerdekaan semestinya menjadi ruang reflektif untuk menakar sejauh mana cita-cita konstitusi telah diwujudkan. Di tengah dinamika global dan domestik, Kenneth memandang penguatan empat pilar kebangsaan,.yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, ialah fondasi agar bangsa tidak goyah.
"Kita tak bisa terus-menerus terpaku pada romantisme sejarah. Yang lebih penting adalah bagaimana memastikan seluruh rakyat merasakan makna kemerdekaan melalui keadilan, kesejahteraan, dan kehidupan yang bermartabat," ucapnya.
Kenneth pun menyerukan agar pemerintah daerah, legislatif, dan masyarakat sipil bergandengan tangan dalam menciptakan ruang-ruang perjumpaan yang sehat di tengah keragaman kota.
"Program lintas budaya, dialog antarwarga, dan dukungan pada komunitas lokal bisa menjadi benteng harmoni sosial Jakarta. Inilah cara kita menjaga api perjuangan tetap menyala," tandasnya.

