Trump Dorong Ukraina Buat Kesepakatan Damai dengan Rusia, Zelensky Jawab Begini

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 18 Agustus 2025 | 05:48 WIB
Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman (SinPo.id/Getty Images)
Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman (SinPo.id/Getty Images)

SinPo.id -  Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak Ukraina untuk segera membuat kesepakatan damai dengan Rusia, usai bertemu Presiden Vladimir Putin dalam KTT Alaska pada Jumat 15 Agustus 2025. Trump menyebut langkah itu penting karena “Rusia adalah kekuatan besar, dan Ukraina tidak.”

Menurut sumber yang mengetahui isi pertemuan, Putin menawarkan pembekuan garis depan dengan syarat Ukraina menyerahkan seluruh wilayah Donetsk. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak tuntutan tersebut, meski Rusia kini sudah menguasai sekitar tiga perempat provinsi industri itu sejak 2014.

Trump juga mengumumkan perubahan sikapnya dengan menolak syarat gencatan senjata sebelum perjanjian damai. Ia menilai kesepakatan damai langsung lebih efektif dibanding sekadar gencatan senjata yang “sering tidak bertahan lama.”

“Cara terbaik mengakhiri perang mengerikan ini adalah dengan Perjanjian Damai, bukan hanya gencatan senjata,” tulis Trump di platform Truth Social.

Zelensky menegaskan penghentian pertempuran adalah kunci menuju perdamaian yang berkelanjutan. Meski demikian, ia tetap dijadwalkan bertemu Trump di Washington pada Senin mendatang, pertemuan yang juga berpotensi dihadiri sejumlah pemimpin Eropa.

Sementara itu, Rusia menyambut positif hasil KTT Alaska, meski Putin tetap pada tuntutan lama termasuk veto terhadap keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Bagi Kremlin, duduk semeja dengan Trump saja sudah menjadi keuntungan politik.

Eropa menyatakan dukungan pada upaya diplomasi Trump, tetapi menegaskan mereka akan tetap memperkuat sanksi terhadap Rusia dan memberikan jaminan keamanan “tanpa syarat” bagi Ukraina. Beberapa pengamat Eropa menilai pertemuan tersebut lebih banyak menguntungkan Putin ketimbang menghasilkan terobosan nyata.

Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai dengan invasi penuh pada Februari 2022, kini memasuki tahun ketiga dan telah menewaskan atau melukai lebih dari satu juta orang, termasuk ribuan warga sipil Ukraina.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI