Jika Sukses Kelola Tambang Emas Kopdes Sekotong Bakal Jadi Percontohan
SinPo.id - Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Budiman Sudjatmiko menyampaikan, pihaknya tengah mendampingi Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih, untuk pengelolaan tambang emas di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menurut dia, jika Kopdes Merah Putih di Sekotong sukses mengelola tambang, akan menjadi percontohan bagi koperasi lainnya di seluruh Tanah Air.
"Kalau sudah berhasil nih, kalau sukses (Kopdes di Sekotong kelola tambang), akan jadi model (contoh) pengelolaan tambang-tambang rakyat (oleh koperasi) di seluruh Indonesia," kata Budiman di Jakarta, Kamis, 14 Agustus 2025.
Budiman menekankan, langkah ini ditujukan untuk memberdayakan warga miskin di Lombok Barat, sekaligus menghentikan praktik penambangan ilegal yang selama ini merugikan masyarakat. Apalagi, di Sekotong memang dikenal tambangnya, bukan pertanian.
Budiman melanjutkan, BP Taskin tak hanya mengawal, tapi juga mendorong jalannya pengelolaan koperasi di sektor-sektor lainnya, seperti pertanian, simpan pinjam, pariwisata, kesehatan, di Lombok. Dan, BP Taskin ingin menjadikan Lombok sebagai kawasan aglomerasi.
"Yang tambang emas itu hanya satu kasus saja. Bukan cuma koperasi tambang saja, ada koperasi tanahnya, ada koperasi EBT (energi baru terbarukan, begitu ya. Juga pariwisatanya," ujarnya.
Wakil Kepala BP Taskin Nanik Sudaryati Deyan menambahkan, nantinya pengelolaan tambang oleh Kopdes Merah di Sekotang akan dikerjasamakan dengan pihak swasta lokal. Pembagiannya, 20 persen untuk swasta, dan 80 persen koperasi.
"Kenapa harus ada swasta? Karena kan harus ada yang beli eksavator, harus ada yang beli mesin-mesin," kata Nanik.
Nanik menerangkan, tambang emas di Sekotong awalnya merupakan tambang ilegal. Tahun lalu, tambang ini sempat disegel oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Namun, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang masih berada di zona kemiskinan, BP Taskin mendorong agar tambang dikelola oleh koperasi.
"Ini efeknya luar biasa. Nanti main (atau jalan-jalan) ke Sekotong, (lihat) gunungnya emas semua. Dari jalan udah kelihatan, berkilau. (Tapi) Di situ wilayahnya miskin. Nah, inilah ironi paradoks yang Pak Prabowo katakan. Gunungnya emas, lautnya penuh mutiara, tapi yang punya selama ini di eksploitasi orang luar," kata Nanik.
Oleh karenanya, pemerintah menargetkan serapan tenaga kerja hingga 30.000 orang dengan beroperasinya pertambangan yang dikelola oleh Kopdes Merah Putih tersebut. Rinciannya, tambang akan dikelola oleh 60 koperasi, per unit koperasi menyerap hingga 500 pekerja.
"30 ribu itu yang langsung ya, yang langsung bekerja. Ini belum nanti kalau yang misalnya kan biasanya ada apa namanya, muncul lah pedagang-pedagang," tukas Nanik.
