Gubernur DKI: Taman Bendera Pusaka Jadi Ruang Edukasi Sejarah Kemerdekaan
SinPo.id - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung menegaskan, pembangunan Taman Bendera Pusaka di kawasan Jakarta Selatan tak semata soal estetika dan infrastruktur. Dia menekankan taman ini juga dirancang sebagai ruang publik yang sarat dengan nilai-nilai sejarah dan edukasi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia.
"Taman ini bukan hanya untuk rekreasi, tetapi juga untuk mengingatkan generasi muda bahwa kemerdekaan bangsa ini tidak diraih dengan mudah," ujar Pramono di Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025.
Adapun Taman Bendera Pusaka merupakan integrasi dari tiga taman besar di Jakarta Selatan: Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Leuser.
Pembangunan taman ini, kata Pramono, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu atau proyek seremonial, melainkan untuk publik.
"Karena ini bukan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan Balai Kota, ini untuk kepentingan publik," tuturnya.
Lebih dari sekadar ruang terbuka hijau, dia menyebut taman ini nantinya akan menyuguhkan fasilitas tematik sejarah, di antaranya area khusus yang menampilkan kisah pengibaran bendera pusaka pada 17 Agustus 1945.
Pramono berujar ingin menjadikan taman ini sebagai pengingat visual sekaligus ruang pembelajaran terbuka.
"Saya menginginkan ada taman yang tematik, yang ada pesan sejarahnya. Tempat yang kalau orang datang, langsung terhubung dengan semangat kemerdekaan," kata Pramono.
Lebih jauh, dia mengungkapkan, taman ini juga dilengkapi dengan berbagai sarana olahraga dan rekreasi gratis seperti lapangan tenis, padel, dan jogging track. Pramono juga menuturkan, proyek ini juga berfungsi untuk mengatasi masalah banjir dan bau yang kerap dikeluhkan warga sekitar.
"Baru kali ini taman kita bangun sekaligus menyelesaikan persoalan banjir dan bau. Ini yang jadi keluhan selama ini," imbuhnya.
Kendati membutuhkan anggaran yang besar, lanjutnya, Pemprov DKI Jakarta tetap berkomitmen menyelesaikan proyek ini.
"Saya berharap Taman Bendera Pusaka dapat menjadi ikon baru Jakarta Selatan dan membuka ruang perenungan sejarah bagi publik 24 jam sehari," tandasnya.
