RI-Belarus Sepakat Bentuk Komite Ekonomi untuk Garap Sektor Industri Strategis
SinPo.id - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, pemerintah siap memfasilitasi kerja sama antara pelaku industri Indonesia dan Belarusia dalam format Business to Business (B2B).
Terlebih, Indonesia dan Belarus sudah sepakat untuk membentuk
joint economic committee (komite ekonomi bersama), serta potensi pembentukan joint venture (usaha patungan) di sektor-sektor strategis, seperti otomotif dan komponen, alat berat dan mesin pertanian, industri berbasis agro; produk sawit, karet, dan biofuel, industri metalurgi, serta pengembangan kawasan industri dan ekosistem Industri 4.0.
Hal itu disampaikan Agus usai pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Republik Belarus, Maxim Vladimirovich Ryzhenkov.
"Kita juga sudah sepakati bahwa akan dibentuk joint economic committee antara Indonesia dan Belarusia. Komite ini nanti di bawah payung kerja sama ekonomi bersama yang disebut dengan sub-manufaktur, sub-joint committee on industry. Itu yang nanti akan kita kembangkan juga," kata Agus dalam keterangannya, Kamis, 7 Agustus 2025.
Agus menjelaskan, pertemuan ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan bilateral Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Republik Belarus, Aleksandr Lukashenko di Minsk, pada 15 Juli 2025 lalu, membahas sejumlah isu di berbagai sektor seperti perdagangan, industri, dan pemenuhan kebutuhan strategis.
Menurut dia, Belarusia merupakan bagian dari kawasan Eurasia, yang saat ini tengah dijajaki secara intensif oleh Indonesia untuk menjalin kerja sama melalui perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara anggota Eurasian Economic Union (IEAEU).
"Penandatanganan perjanjian ini akan membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk Indonesia. Kami melihat potensi negara-negara Eurasia cukup kuat, dan produk kita memiliki peluang besar untuk mengisi pasar tersebut," ujarnya.
Belarusia sebagai salah satu negara yang penting yang ada di kawasan Eurasia, lanjut Agus, akan memainkan peran penting dalam membantu percepatan penandatangan kerja sama tersebut. Sehingga bisa memperkuat hubungan ekonomi, termasuk hubungan dagang dengan Indonesia.
Kendati nilai perdagangan antara Indonesia dan Belarusia masih tergolong kecil, Agus optimistis terdapat ruang pertumbuhan yang besar. Indonesia belum menjadi mitra dagang utama Belarusia, sehingga diperlukan strategi diversifikasi pasar untuk memperkuat ekspansi produk nasional ke kawasan tersebut.
"Saya kira target trading antara Indonesia dengan Belarusia, kalau kita tetapkan dalam 2-3 tahun bisa naik lima kali lipat, itu nggak hal yang berlebihan ya," ungkapnya.
Agus menilai, kerja sama ini memiliki prospek yang menjanjikan, mengingat mayoritas perusahaan manufaktur di Belarusia merupakan perusahaan milik negara (state-owned), sehingga proses negosiasi bisa lebih terfasilitasi melalui pendekatan antar-pemerintah.
Adapun sebagai tindak lanjut, Kemenperin akan mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII), Tri Supondy ke Minsk, Belarus, untuk merumuskan dokumen perjanjian kerja sama antara kedua kementerian.
"Kami optimis bahwa melalui pelaksanaan kerja sama yang terstruktur dan saling menguntungkan ini, Indonesia dan Belarus dapat mewujudkan kemitraan industri yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan," tandasnya.
