Trump Tegaskan Kekhawatiran atas Sandera Israel di Gaza
SinPo.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap keselamatan para sandera Israel yang masih ditahan di Gaza, saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer di Skotlandia, Selasa 29 Juli 2025.
Trump menyatakan bahwa sebagian sandera diketahui lokasinya, namun operasi penyelamatan belum dilakukan karena risiko yang sangat tinggi terhadap nyawa para sandera. “Kita tahu di mana para sandera berada dalam beberapa kasus, tapi kita tidak bisa bergerak ke lokasi itu karena artinya mereka bisa langsung dibunuh,” tegasnya.
Dari lebih dari 250 sandera yang diculik kelompok teroris Hamas pada serangan brutal 7 Oktober 2023 lalu, 50 masih diyakini berada di Gaza, dan hanya sekitar 20 di antaranya yang diperkirakan masih hidup.
Trump Kritik Hamas Gagal Capai Kesepakatan Gencatan Senjata
Pernyataan Trump muncul setelah pembicaraan gencatan senjata yang dipimpin AS dengan Hamas gagal pekan lalu. Ia menyebut kelompok itu “tidak sungguh-sungguh ingin mencapai kesepakatan.”
Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, turut mengonfirmasi bahwa Hamas “tidak menunjukkan koordinasi atau itikad baik” dalam negosiasi.
Trump mengatakan bahwa dirinya dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tengah membahas “berbagai rencana” untuk membebaskan para sandera, meski tak merinci lebih jauh langkah-langkah yang akan diambil.
Di sisi lain, pemimpin senior Hamas yang berbasis di Qatar, Khalil al-Hayya, mengklaim pihaknya telah menunjukkan “fleksibilitas maksimal” dalam perundingan tanpa mengorbankan prinsip nasional.
Dorongan Trump untuk Bantuan Kemanusiaan Gaza
Dalam pertemuan tersebut, Trump dan Starmer juga sepakat bahwa Gaza memerlukan lebih banyak bantuan kemanusiaan. Trump bahkan bertentangan dengan pandangan Netanyahu mengenai kondisi kemanusiaan di Gaza, menyatakan AS akan membangun pusat distribusi bantuan yang “tanpa pagar,” agar masyarakat sipil bisa langsung mengakses bantuan.
“Kami baru saja menyumbang $60 juta — semuanya untuk makanan. Kami hanya berharap bantuan ini benar-benar sampai ke tangan mereka yang membutuhkan, karena sering kali, seperti yang Anda tahu, bantuan itu disita Hamas atau pihak lain,” ujar Trump.
Tanggapan Para Analis FDD: Hamas, Bukan Israel, Harus Ditekan
Clifford D. May dari Foundation for Defense of Democracies (FDD) menyatakan bahwa Hamas memiliki pilihan untuk menghentikan penderitaan rakyat Gaza — yakni dengan menyerahkan sandera dan menghentikan perlawanan bersenjata.
Sementara Tyler Stapleton, Direktur Urusan Pemerintahan FDD Action, menekankan bahwa harapan untuk mengubah perilaku Hamas lewat bantuan kemanusiaan adalah keliru. “Tidak ada jumlah bantuan pun yang bisa memaksa Hamas melepaskan sandera. Tujuan mereka adalah bertahan hidup, dan mereka mengendalikan distribusi bantuan serta pasar di Gaza,” ujarnya.
David May, analis senior FDD, menilai Israel berada dalam dilema: membatasi bantuan akan menambah tekanan internasional, namun membuka akses bantuan tanpa pengawasan akan memperkuat Hamas.
“Tekanan internasional seharusnya diarahkan ke Hamas, bukan Israel. Jika tidak, Hamas akan terus menggunakan penderitaan rakyat Gaza sebagai alat tawar-menawar,” jelasnya.
