Trump Ancam Tarif Baru demi Tekan Negara Mitra Dagang, AS Siap Ambil Langkah Tegas

Laporan: Tim Redaksi
Selasa, 29 Juli 2025 | 03:10 WIB
Presiden AS Donald Trump saat pengumuman tarif di Rose Garden Gedung Putih di Washington, DC, AS pada April 2025. (SinPo.id/Kent Nishimura/Bloomberg)
Presiden AS Donald Trump saat pengumuman tarif di Rose Garden Gedung Putih di Washington, DC, AS pada April 2025. (SinPo.id/Kent Nishimura/Bloomberg)

SinPo.id -  Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan pernyataan kontroversial terkait hubungan dagang internasional. Dalam konferensi pers terbarunya, Trump menegaskan bahwa dirinya "berharap Amerika Serikat akan menetapkan tarif terhadap beberapa negara" yang dinilai tidak adil dalam praktik perdagangannya.

Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara AS dan beberapa negara mitra, termasuk Tiongkok, Meksiko, dan negara-negara Eropa. Trump menekankan bahwa kebijakan tarif merupakan bagian dari strategi untuk "melindungi industri dalam negeri" dan "menciptakan lapangan kerja di Amerika."

"Kami tidak akan tinggal diam ketika negara lain mengambil keuntungan dari sistem perdagangan global yang tidak adil. Tarif akan dikenakan jika mereka tidak mau bekerja sama," tegas Trump.

Langkah ini dinilai sebagai bentuk tekanan ekonomi demi memaksa negara mitra dagang AS untuk bernegosiasi ulang perjanjian-perjanjian perdagangan yang menurut Trump "merugikan rakyat Amerika".

Namun, pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari beberapa pemimpin dunia. Para ekonom juga mengingatkan bahwa penerapan tarif bisa berdampak pada peningkatan harga barang impor dan memicu perang dagang berkepanjangan.

Sejak masa awal kepemimpinannya, Trump memang dikenal dengan pendekatan proteksionis. Kebijakan tarif ini sebelumnya pernah diterapkan terhadap baja dan aluminium dari Tiongkok, serta otomotif dari Eropa. Kebijakan serupa disebut-sebut akan kembali digulirkan pada sektor teknologi dan energi.

Belum ada informasi resmi dari Gedung Putih mengenai negara mana saja yang akan dikenai tarif baru tersebut. Namun sumber internal menyebut, Tiongkok dan Jerman menjadi dua negara yang berada dalam daftar pemantauan ketat oleh pemerintahan Trump.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI