Stratus Jadi Varian Dominan di RI, Eks WHO: Covid-19 Belum Berakhir
SinPo.id - Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama menilai, laporan terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menunjukkan Stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia, membuktikan bahwa Covid-19 masih ada di tengah masyarakat.
"Kita harus menyadari bahwa Covid-19 masih ada bersama kita. Dengan itu, maka kita harus terima kenyataan bahwa dari waktu ke waktu akan ada saja laporan varian atau sub varian baru dari SARS-CoV-2. Baru-baru ini ada Nimbus dan sekarang ada Stratus," kata Prof Tjandra kepada wartawan, Senin, 28 Juli 2025.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini menerangkan, Stratus nama resminya adalah XFG. Dan oleh World Health Organization sudah dimasukkan dalam "variant under monitoring (VOM)" sejak 25 Juni 2025.
"Kita tahu Nimbus (NB.1.8.1) juga VOM sejak 23 Mei," ucapnya.
Adjunct Professor Griffith University ini melanjutkan, XFG atau Stratus dan juga Nimbus, merupakan subvarian dari Omicron. Saat ini memang Nimbus yang mendominansi dunia, tetapi Stratus juga makin banyak.
"Dan bukan tidak mungkin (Stratus) akan jadi paling banyak di dunia juga. Karena itu, tidaklah heran kalau sekarang ada laporan bahwa Stratus jadi yang dominan di Indonesia," tuturnya.
Prof Tjandra menguraikan, Stratus merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2, yang mempunyai empat mutasi. Secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus serta melemahnya proteksi.
Kendati sejauh ini, vaksin Covid-19 yang sekarang masih dapat digunakan, khususnya untuk yang simtomatik dan kasus yang berat.
"Tentang gejala, maka secara umum kita tidak mungkin membedakan varian dan sub varian semata-mata dari gejalanya saja. Memang sejauh ini data menunjukkan bahwa salah satu gejala Stratus adalah suara parau, atau bahasa Inggrisnya 'hoarseness, scratchy, raspy voice', " tukasnya.

