WHO: 30.000 Balita Alami Malnutrisi Akut di Gaza, 21 Anak Meninggal Dunia Sejak Awal Tahun

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 28 Juli 2025 | 05:41 WIB
Bayi yang kekurangan gizi di Gaza. (SinPo.id/BBC)
Bayi yang kekurangan gizi di Gaza. (SinPo.id/BBC)

SinPo.id -  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan kondisi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza, dengan lebih dari 30.000 anak di bawah usia lima tahun menderita malnutrisi akut. Sejak awal tahun ini, sedikitnya 21 anak telah meninggal dunia akibat kekurangan gizi, menurut laporan WHO.

Peringatan ini disampaikan di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel, menyusul laporan bahwa blokade dan serangan militer Israel di Gaza telah mendorong warga sipil menuju ambang kelaparan massal. Lebih dari 100 organisasi amal dan hak asasi manusia, termasuk Doctors Without Borders, Save the Children, dan Mercy Corps, menandatangani surat terbuka yang menyebutkan bahwa tindakan Israel menciptakan "kekacauan, kelaparan, dan kematian."

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa pusat-pusat gizi di Gaza kini penuh sesak dan kekurangan pasokan. Ia menambahkan bahwa tingkat malnutrisi akut sudah melebihi 10%, dan lebih dari 20% wanita hamil serta menyusui mengalami kekurangan gizi parah.

“Kami menyaksikan gelombang mematikan malnutrisi dan penyakit yang berhubungan dengannya. Sebagian besar dari dua juta penduduk Gaza kini kelaparan,” ujar Tedros.

Sementara itu, serangan udara Israel terus berlanjut, dengan 29 warga Palestina dilaporkan tewas dalam semalam, termasuk anak-anak dan perempuan. Serangan ke sebuah rumah di Kota Gaza menewaskan 12 orang, termasuk enam anak. Di kamp pengungsi Nuseirat, serangan lainnya menyebabkan delapan orang tewas dan 57 luka-luka.

Pihak militer Israel mengklaim serangannya menargetkan militan Hamas dan Jihad Islam, namun warga dan pejabat kesehatan di Gaza menyebut banyak korban merupakan warga sipil. Laporan dari Rumah Sakit Shifa dan Al-Awda menegaskan bahwa sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

Sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023, menyusul serangan Hamas ke Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya, lebih dari 59.000 warga Palestina telah terbunuh, dan lebih dari 120.000 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Sebagian besar korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak.

Israel menyatakan pihaknya mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, namun menyalahkan lembaga-lembaga PBB atas distribusi yang lambat. PBB dan organisasi bantuan internasional membantah klaim tersebut, dengan menuding pembatasan Israel dan gangguan keamanan sebagai penyebab utama terhambatnya pengiriman bantuan.

Di tengah penderitaan yang terus memburuk, perundingan gencatan senjata masih menemui jalan buntu. Hamas bersikukuh hanya akan membebaskan 50 sandera tersisa jika ada gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel. Israel menolak syarat tersebut dan bersumpah akan melanjutkan operasi militer hingga Hamas disingkirkan sepenuhnya.

Situasi di Gaza kini disebut para ahli semakin mendekati ambang kelaparan besar-besaran (famine), dengan masyarakat sipil—terutama anak-anak—menjadi korban paling rentan dari krisis berkepanjangan ini.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI