Israel Umumkan Jeda Militer 10 Jam per Hari di Gaza, Dunia Desak Akhiri Krisis Kemanusiaan

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 28 Juli 2025 | 04:37 WIB
Ilustrasi serangan Israel. (SinPo.id/Anadolu)
Ilustrasi serangan Israel. (SinPo.id/Anadolu)

SinPo.id -  Israel pada Minggu 27 Juli 2025 mengumumkan penghentian operasi militer selama 10 jam per hari di beberapa wilayah Gaza, serta membuka koridor bantuan kemanusiaan baru. Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya kecaman global terhadap krisis kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut.

Penghentian aktivitas militer akan berlangsung setiap hari dari pukul 10.00 hingga 20.00 waktu setempat, mencakup kawasan Al-Mawasi, Deir al-Balah tengah, dan sebagian Gaza City. Selain itu, jalur aman untuk konvoi bantuan makanan dan obat-obatan akan dibuka mulai pukul 06.00 hingga 23.00 setiap harinya.

Langkah ini datang setelah Yordania dan Uni Emirat Arab melakukan pengiriman 25 ton bantuan melalui udara ke Gaza — aksi pertama dalam beberapa bulan terakhir. Namun, seorang pejabat Yordania menegaskan bahwa airdrop bukanlah pengganti pengiriman darat yang lebih efektif.

Tom Fletcher, Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB, menyatakan bahwa jeda militer ini akan dimanfaatkan secara maksimal oleh timnya.

“Tim kami di lapangan akan berusaha menjangkau sebanyak mungkin warga yang kelaparan dalam jendela waktu ini,” ujarnya di platform X.

Sementara itu, situasi kemanusiaan terus memburuk. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 6 kematian baru akibat malnutrisi dalam 24 jam terakhir, menjadikan total korban kelaparan sejak perang dimulai Oktober 2023 menjadi 133 orang, termasuk 87 anak-anak.

Salah satu korban terbaru adalah bayi berusia 5 bulan, Zainab Abu Haleeb, yang meninggal karena malnutrisi di RS Nasser.

“Tiga bulan saya di rumah sakit, dan inilah yang saya terima—anak saya meninggal,” ungkap sang ibu, Israa Abu Haleeb.

Palang Merah Mesir pada hari yang sama mengirimkan lebih dari 100 truk berisi 1.200 ton bahan makanan ke Gaza selatan. Namun, sebagian dilaporkan dijarah di daerah Khan Younis.

Di sisi lain, Israel membantah tuduhan bahwa telah terjadi kelaparan massal. Juru bicara militer Brigjen Effie Defrinmenyebut pihaknya memantau kondisi harian dan akan meningkatkan pasokan jika mencapai ambang kritis.

“Tidak ada kelaparan di Gaza. Tapi jika situasi memburuk, kami bertindak membuka jalur bantuan,” katanya.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel tetap membuka akses bantuan—terlepas dari kondisi gencatan senjata—dan akan terus mengejar “kemenangan total” atas Hamas.

Namun, Hamas menyebut pengumuman jeda militer ini hanyalah kamuflase.

“Yang terjadi bukanlah gencatan senjata kemanusiaan,” ujar pejabat Hamas, Ali Baraka.

Perang berkecamuk sejak 7 Oktober 2023, saat Hamas menyerbu wilayah selatan Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Sejak itu, ofensif militer Israel telah menewaskan hampir 60.000 warga Gaza, sebagian besar warga sipil, dan memaksa lebih dari 2 juta penduduk meninggalkan tempat tinggal mereka.

Meskipun pengumuman penghentian sementara ini memberi sedikit harapan, warga Gaza berharap langkah ini bisa menjadi awal dari berakhirnya konflik berkepanjangan.

“Kami senang bantuan akan datang. Tapi yang kami butuhkan adalah perang ini segera berakhir,” kata Tamer al-Burai, seorang pengusaha lokal.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI